Loading...
Mempersiapkan pengalaman terbaik untuk Anda
Human error merupakan tindakan yang berpotensi atau hasil dari efek sistem yang buruk, yang artinya hasil dari human error berlawanan dengan human performance.
Terdapat 2 poin pada konsep dari human error, yaitu engineering concepts of error yang berfokus pada konsekuensi error dari sebuah sistem dan human error in accidents causation yang artinya error memiliki efek langsung menyebabkan keadaan sistem yang berb ahaya atau error merupakan inisiator langsung dalam rangkaian kejadian yang dengan cepat dapat mengarah ke keadaan yang tidak diinginkan.
Pada human error terdapat istilah active error dan latent error. Active error adalah kesalahan yang efeknya langsung dirasakan. Active error terjadi pada operasi langsung seperti: komunikasi, faktor psikologi, interaksi manusia dengan peralatan, sedangkan latent error merupakan kegagalan yang melibatkan aspek buruk pada suatu sistem dan menjadi jelas ketika dikombinasikan dengan aspek lain pada suatu sistem.
Latent error terjadi pada sistem organisasi, prosedur, desain, hukum dan peraturan. Contoh active error yaitu ketika perawat secara tidak benar memprogram pompa intravena, sedangkan contoh latent error yaitu rumah sakit memiliki beberapa model pompa infus yang dimana masing-masing memiliki user interface yang berbeda. Terdapat empat pendekatan dalam human error yang terdiri dari traditional safety engineering, human factors engineering/ergonomics, cognitive systems engineering dan sociotechnical systems.
Berikut ini penjelasan singkat mengenai 4 pendekatan tersebut.
1. Traditional Safety Engineering
Traditional safety engineering merupakan pendekatan yang paling sederhana. Pendekatan ini menekankan pada faktor individu sebagai penyebab terjadinya error. Oleh karena itu strategi yang dilakukan dalam pencegahan terjadinya error dengan cara menghilangkan perilaku tidak aman. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan motivasi, pelatihan, safety campaign, reward and punishment, dll.
Pendekatan ini memiliki efektifitas yang cukup baik dalam jangka pendek, namun kekurangannya pendekatan ini terlalu berfokus pada manusia sehingga menjadikan manusia sebagai sumber kesalahan. Jenis pendekatan ini masih diterapkan ditempat kerja (sebagai pendekatan yang paling dasar) namun untuk perusahan yang sistem K3nya sudah baik, pendekatan jenis ini seringkali diintegrasikan dengan jenis pendekatan lain guna mencegah terjadinya error.
2. Human factors engineering/ergonomik
Human factors engineering/ergonomic merupakan pendekatan yang berfokus pada human – machine interface. Dari sudut pandang pendekatan ini, error merupakan konsekuensi dari ketidaksesuaian antara beban kerja, kapabilitas fisik dan mental individu atau tim oeprator. Prinsip dasar dari pendekatan ini untuk mengurangi kemungkinan terjadinya error dengan menyesuaikan pekerjaan terhadap orang (fitting the job to the person). Hal ini tentu sangat berbeda dengan menyesuaikan orang terhadap pekerjaan (fitting the person to the job) yang hanya berfokus pada pelatihan ataupun seleksi pekerjaan.
3. Cognitive systems engineering
Cognitive systems engineering merupakan pendekatan yang bersifat komprehensif. Pendekatan ini berfokus pada manusia terhadap analisis, perencanaan dan evaluasi dalam bentuk sistem kognitif. Konsep yang digunakan dalam pendekatan ini ialah skill based, rules based dan knowledge based. Sehingga dalam klasifikasi error dari perspektif kognitif meliputi slip and mistake, rule-based mistake, knowledge-based mistake dan error recovery.
Pendekatan ini juga sangat efektif untuk meningkatkan produktifitas pekerja, dapat digunakan dalam kondisi abnormal atau keadaan darurat dimana tiap individu mengetahui perannya masing-masing. Namun dalam penerapannya pendekatan ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan biaya ini akan terus bertambah seiring dengan berkembangnya teknologi yang perlu disesuaikan dengan kemampuan kognitif tiap pekerja.
4. Sociotechnical systems
Sociotechnical systems merupakan pendekatan untuk memahami hubungan antara teknologi, individu, organisasi dan sistem sosial (budaya) ditempat kerja. Prinsip pendekatan ini menggunakan top-down dengan memperhatikan seluruh program yang telah dibuat oleh manajemen yang bertujuan untuk membangun budaya K3 dan mengurangi error yang terjadi.
Berdasarkan sudut pandang sociotechnical systems pendekatan ini menjelaskan sejauh ini mengatasi error dalam tiga cara. Yang pertama dengan mendorong untuk berperilaku aman (traditional safety engineering), kedua dengan mendesain sistem untuk memastikan kecocokan antara kapabilitas manusia dengan beban kerja (human factors engineering/ergonomic) dan yang ketiga dengan memahami penyebab dasar terjadinya error, jadi kondisi yang dapat menimbulkan error dapat di eliminasi dari sumbernya (the cognitive systems engineering).
Metode yang biasa digunakan untuk melakukan pendekatan ini adalah wawancara, survei, dan audit untuk mendesain ulang organisasi. Pendekatan jenis ini mulai banyak digunakan karena dianggap paling komprehensif.
Referensi
U.S Department of Energy Washington D.C. 2009. Human Performance Improvement Handbook Vol. 1: Concepts and Principles. USA : Department of Energy.
American Institute of Chemical Engineers. 1994. Guidelines for Preventing Human Error in Process Safety. New York : Center for Chemical Process Safety.
Peran klasifikasi area berbahaya sangat penting dalam pencegahan kecelakaan karena memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas keselamatan dengan lebih efektif. Dengan mengetahui klasifikasi tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti menyusun prosedur keselamatan yang tepat dan menyediakan pelatihan kepada pekerja.
Selain itu, pengetahuan akan klasifikasi area berbahaya juga dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di lingkungan kerja mereka, sehingga membantu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, pemahaman akan klasifikasi area berbahaya menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.
Klasifikasi area berbahaya tersebut mencakup berbagai tingkat risiko dan karakteristik yang berbeda. Ini penting untuk memastikan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap klasifikasi:
Tindakan Pencegahan untuk Masing-Masing Klasifikasi Area Berbahaya
Tindakan pencegahan untuk setiap klasifikasi area berbahaya dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengendalikan risiko potensial yang terkait dengan area tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih rinci untuk masing-masing klasifikasi:
1. Control Panel Fire Alarm
Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.
Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.
Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.
2. Audible Visual Fire Alarm
Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.
Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.
3. Power Supply
Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.
Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.
Manfaat menggunakan lifeline sangat besar, tidak hanya bagi keselamatan pekerja tetapi juga bagi keselamatan keseluruhan di tempat kerja. Penggunaan lifeline dapat mengurangi risiko kecelakaan serius atau fatal yang bisa terjadi jika pekerja jatuh dari ketinggian.
Selain itu, dengan meningkatkan keselamatan kerja, penggunaan lifeline juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan kecelakaan kerja, seperti biaya medis, kompensasi pekerja, atau penundaan proyek. Dengan demikian, lifeline bukan hanya merupakan alat pengaman individual, tetapi juga merupakan investasi penting untuk keselamatan dan kesejahteraan pekerja serta kelangsungan bisnis.
Jenis-Jenis Lifeline
Terdapat empat jenis utama lifeline yang digunakan dalam berbagai aplikasi keselamatan dan industri. Mari kita jelaskan lebih detail tentang masing-masing jenis:
Komponen Utama Lifeline
Komponen-komponen utama lifeline adalah unsur-unsur kunci yang bekerja bersama-sama untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada pekerja yang menggunakan lifeline. Berikut penjelasan tentang masing-masing komponen:
Keselamatan tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pengelola proyek untuk memastikan bahwa semua pekerja dilengkapi dengan lifeline yang sesuai dan mendapat pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan aman.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, di mana setiap pekerja dapat bekerja dengan damai dan produktif, tanpa khawatir akan risiko yang tidak perlu.
Memilih lifeline yang tepat adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan serius terhadap beberapa faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih lifeline:
Tips Menggunakan Lifeline dengan Aman
Menggunakan lifeline dengan aman adalah kunci untuk menjaga keselamatan di tempat kerja yang melibatkan pekerjaan di ketinggian. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menggunakan lifeline dengan aman: