7 Jenis dan Spesifikasi Manlift
Safety K3

7 Jenis dan Spesifikasi Manlift

21 Desember 2024

Pekerjaan konstruksi seringkali melibatkan akses ke area kerja di ketinggian. Mengakses area tersebut dengan cara yang aman dan efisien menjadi tantangan besar bagi banyak pekerja. Oleh karena itu, diperlukan peralatan khusus untuk mengurangi risiko kecelakaan dan meningkatkan produktivitas.

Manlift, atau dikenal juga sebagai aerial work platform (AWP), adalah salah satu solusi yang paling efektif untuk mengatasi tantangan tersebut. Alat ini dirancang untuk mengangkat pekerja, alat, dan material ke ketinggian tertentu dengan aman, memberikan akses yang mudah ke area kerja yang sulit dijangkau.

Pengertian Manlift dalam Konstruksi

Manlift adalah alat mekanis yang dirancang untuk mengangkat pekerja ke ketinggian tertentu guna melakukan pekerjaan seperti konstruksi, pemeliharaan, atau inspeksi. Manlift dilengkapi dengan platform atau keranjang kerja yang aman, di mana pekerja dapat berdiri dan membawa alat-alat kerja mereka.

Fungsi Utama Manlift

  1. Memfasilitasi Akses ke Ketinggian: Memberikan akses mudah ke area kerja yang sulit dijangkau dengan tangga atau scaffolding.
  2. Meningkatkan Efisiensi: Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan di ketinggian.
  3. Meningkatkan Keselamatan: Meminimalkan risiko kecelakaan karena alat ini dirancang sesuai standar keselamatan kerja.

7 Jenis dan Spesifikasi Manlift

Manlift hadir dalam berbagai jenis yang dirancang untuk berbagai keperluan pekerjaan di ketinggian, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Setiap jenis manlift memiliki spesifikasi unik yang memungkinkan operator untuk memilih alat yang paling sesuai dengan kebutuhan proyek mereka. Berikut adalah beberapa jenis manlift terbaru yang banyak digunakan dalam industri konstruksi:

1. Telescopic Boom Lift

Telescopic Boom Lift adalah manlift yang dilengkapi dengan boom (lengan) yang dapat memanjang secara Telescopic . Boom ini memberikan jangkauan horizontal yang lebih besar, memungkinkan manlift untuk mengakses area yang lebih luas di sekitar titik pusat. Keunggulan utama dari Telescopic boom lift adalah kemampuannya untuk menjangkau area dengan tinggi yang sangat tinggi serta jarak horizontal yang lebih jauh daripada jenis manlift lainnya.

Kegunaan:

  • Konstruksi: Ideal untuk proyek konstruksi yang membutuhkan akses ke area tinggi dan sulit dijangkau, seperti bagian atas gedung, jembatan, atau pabrik.
  • Industri dan Pekerjaan Jembatan: Manlift jenis ini juga banyak digunakan dalam pekerjaan perawatan dan inspeksi pada jembatan atau infrastruktur besar lainnya di mana akses terbatas.

Spesifikasi Utama:

  • Ketinggian kerja dapat mencapai 40 meter atau lebih.
  • Jangkauan horizontal hingga 20 meter atau lebih.
  • Memiliki kapasitas angkat beban mulai dari 200 kg hingga 500 kg, tergantung modelnya.

2. Articulate Boom Lift

Articulate Boom Lift memiliki boom yang dapat diperpanjang dan dipendekkan, dengan lengan yang dapat bergerak secara fleksibel, memungkinkan manlift untuk mengakses area kerja yang lebih sulit dijangkau. Lengan boom lift ini memiliki beberapa titik engsel yang memberi kebebasan untuk bergerak di berbagai arah, memberikan kemampuan manuver yang lebih baik di area dengan rintangan atau struktur yang kompleks.

Kegunaan:

  • Pekerjaan di Tempat Tinggi: Cocok untuk pekerjaan di tempat-tempat tinggi yang sulit dijangkau oleh alat lain.
  • Akses ke Area Terbatas: Ideal untuk pekerjaan di area dengan ruang sempit atau di sekitar bangunan dan struktur lain yang menghalangi akses langsung.

Spesifikasi Utama:

  • Ketinggian kerja bervariasi mulai dari 12 meter hingga lebih dari 40 meter.
  • Jangkauan horizontal dapat mencapai 18 meter, tergantung model.
  • Kapasitas angkat mulai dari 230 kg hingga 500 kg.

3. Vertikal Mast Lift

Vertikal Mast Lift adalah jenis manlift yang memiliki desain kompak dan ketinggian vertikal yang dapat diatur. Manlift ini sering kali lebih kecil dan lebih ringan dibandingkan dengan boom lift, menjadikannya pilihan yang baik untuk bekerja di ruang sempit atau area terbatas. Meskipun terbatas dalam hal jangkauan horizontal, manlift ini sangat efisien untuk pekerjaan yang hanya memerlukan akses vertikal.

Kegunaan:

  • Pekerjaan di Ruang Sempit: Ideal untuk pekerjaan di ruang sempit seperti gudang, pabrik, dan area konstruksi di dalam ruangan.
  • Pekerjaan Perawatan: Digunakan untuk pekerjaan perawatan dan instalasi di area yang memiliki langit-langit tinggi atau di ruang terbatas.

Spesifikasi Utama:

  • Ketinggian kerja mencapai 10 hingga 15 meter.
  • Jangkauan horizontal terbatas, biasanya sekitar 3 hingga 5 meter.
  • Kapasitas angkat beban mulai dari 150 kg hingga 250 kg.

4. Spider Boom Lift

Spider Boom Lift, atau Compact Crawler Lift adalah jenis manlift yang dilengkapi dengan kaki yang dapat ditarik dan trek seperti tank. Desain kaki dan trek ini memberikan stabilitas lebih pada permukaan yang tidak rata, menjadikan manlift ini sangat cocok untuk medan luar ruangan yang kasar. Spider boom lift juga lebih kompak, memungkinkan manlift ini bergerak lebih mudah melalui ruang sempit dan medan yang sulit.

Kegunaan:

  • Pekerjaan di Medan yang Sulit: Ideal untuk konstruksi di luar ruangan di area dengan medan yang sulit seperti tanah berbatu, pasir, dan lumpur.
  • Pekerjaan Ketinggian di Luar Ruangan: Cocok untuk proyek-proyek besar seperti pembangunan jembatan, pemeliharaan gedung, dan pekerjaan konstruksi lainnya di luar ruangan.

Spesifikasi Utama:

  • Ketinggian kerja bisa mencapai 20 meter atau lebih.
  • Jangkauan horizontal hingga 12 meter.
  • Kapasitas angkat beban mulai dari 200 kg hingga 300 kg.

5. Self-Propelled Manlift

Self-Propelled Manlift adalah jenis manlift yang dapat bergerak sendiri tanpa memerlukan kendaraan lain untuk pemindahan. Manlift ini biasanya lebih kecil dan lebih mudah bermanuver, menjadikannya ideal untuk pekerjaan skala kecil di dalam ruangan. Dengan kemampuannya untuk bergerak dengan mudah, manlift ini menawarkan fleksibilitas tinggi di area yang padat.

Kegunaan:

  • Proyek Kecil di Dalam Ruangan: Cocok untuk proyek-proyek dalam ruangan seperti pekerjaan perawatan di gudang atau pabrik.
  • Pekerjaan Skala Kecil: Menggunakan manlift ini sangat menguntungkan untuk proyek yang memerlukan pemindahan alat atau pekerja dengan cepat di dalam area terbatas.

Spesifikasi Utama:

  • Ketinggian kerja mulai dari 8 meter hingga 12 meter.
  • Jangkauan horizontal terbatas, biasanya sekitar 4 hingga 6 meter.
  • Kapasitas angkat beban antara 200 kg hingga 250 kg.

6. Push-Around Manlift

Push-Around Manlift adalah model manlift yang sedikit lebih besar dari self-propelled, namun tidak dilengkapi dengan motor penggerak. Manlift ini harus didorong secara manual untuk dipindahkan, namun dapat mencapai ketinggian hingga 50 kaki. Meskipun tidak sepraktis self-propelled manlift, jenis ini tetap menawarkan akses yang efektif di ruang sempit.

Kegunaan:

  • Pekerjaan di Ruang Sempit: Digunakan untuk pekerjaan yang memerlukan akses di antara balok atau di sekitar unit HVAC yang besar.
  • Pekerjaan di Luar Ruangan dengan Akses Terbatas: Ideal untuk proyek-proyek dengan ruang terbatas.

Spesifikasi Utama:

  • Ketinggian kerja mencapai 15 hingga 18 meter.
  • Jangkauan horizontal terbatas.
  • Kapasitas angkat beban mulai dari 150 kg hingga 250 kg.

7. Atrium (Belt) Manlift

Atrium (Belt) Manlift adalah jenis manlift berat yang dirancang khusus untuk digunakan di luar ruangan, dengan kaki yang dapat ditarik dan trek yang memungkinkan stabilitas di permukaan yang tidak stabil. Manlift jenis ini sering digunakan di lokasi konstruksi dengan medan yang sangat sulit.

Kegunaan:

  • Pekerjaan di Medan yang Sulit: Ideal untuk proyek-proyek konstruksi luar ruangan yang melibatkan tanah berbatu, pasir, lumpur, atau area dengan medan yang tidak rata.
  • Pekerjaan di Lokasi Konstruksi Besar: Menggunakan manlift ini memberikan akses lebih mudah ke area yang lebih tinggi di medan yang sulit dijangkau oleh alat lain.

Spesifikasi Utama:

  • Ketinggian kerja mencapai 18 hingga 25 meter.
  • Jangkauan horizontal yang lebih terbatas.
  • Kapasitas angkat beban antara 200 kg hingga 300 kg.

Artikel Lainnya

Contoh Penggunaan dan Tips Memilih Lifeline yang Tepat
Safety K312 September 2024

Contoh Penggunaan dan Tips Memilih Lifeline yang Tepat

Dalam menjaga keselamatan di lingkungan kerja berpotensi berbahaya, lifeline merupakan alat yang sangat penting. Dengan memilih dan menggunakan lifeline yang tepat, pekerja dapat bekerja dengan lebih percaya diri dan aman di ketinggian, mengurangi risiko jatuh bebas dan cedera yang serius. Namun, keselamatan tidak hanya tergantung pada pemilihan lifeline yang sesuai, tetapi juga pada pemahaman dan penggunaan yang benar oleh para pekerja.

Pentingnya kesadaran dan pelatihan dalam penggunaan lifeline tidak boleh diabaikan. Para pekerja perlu diberikan pemahaman mendalam tentang cara menggunakan lifeline dengan benar, termasuk cara memasangnya, mengaitkan diri dengan benar, dan melakukan inspeksi rutin untuk memastikan kondisi lifeline tetap optimal. Hal ini akan memastikan bahwa lifeline dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam situasi darurat dan memberikan perlindungan maksimal bagi para pekerja.

Lifeline adalah alat penting yang digunakan dalam berbagai industri untuk melindungi keselamatan para pekerja di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya. Beberapa contoh penggunaan lifeline meliputi:

  1. Konstruksi
    Di industri konstruksi, lifeline digunakan untuk melindungi pekerja yang bekerja di ketinggian, seperti di atas perancah atau atap bangunan. Lifeline membantu mencegah jatuh bebas dan memberikan perlindungan tambahan bagi pekerja yang melakukan pekerjaan pemasangan atau perbaikan struktur bangunan.
  1. Perawatan gedung
    Dalam industri perawatan gedung, lifeline digunakan untuk melindungi pekerja yang membersihkan jendela atau melakukan pekerjaan pemeliharaan lainnya di gedung pencakar langit. Lifeline memungkinkan para pekerja untuk bergerak dengan lebih leluasa dan aman di ketinggian, sehingga meningkatkan efisiensi dan keselamatan dalam melakukan tugas-tugas mereka.
  1. Industri lepas pantai
    Di industri minyak dan gas lepas pantai, lifeline menjadi perlengkapan penting bagi pekerja yang bekerja di platform minyak dan gas. Lifeline membantu melindungi para pekerja dari jatuh ke laut atau ke bawah platform, sehingga menjaga keselamatan mereka di lingkungan kerja yang penuh risiko.
  2. Pendakian gunung
    Dalam kegiatan pendakian gunung, lifeline digunakan untuk melindungi pendaki jatuh dari tebing atau lereng gunung yang curam. Dengan mengaitkan diri ke lifeline yang terpasang dengan benar, pendaki dapat merasa lebih aman dan percaya diri saat menjelajahi medan yang berbahaya, sehingga meminimalkan risiko kecelakaan yang fatal.

Tips Memilih Lifeline yang Tepat

Ketika memilih lifeline, ada beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan agar memastikan keselamatan dan kinerja optimal. Berikut adalah beberapa tips dalam memilih lifeline yang tepat:

  1. Jenis pekerjaan
    Pastikan untuk memilih lifeline yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Misalnya, untuk pekerjaan konstruksi mungkin memerlukan lifeline yang kokoh dan tahan lama, sementara pekerjaan perawatan gedung mungkin membutuhkan lifeline yang lebih fleksibel dan mudah dipasang.
  1. Tingkat ketinggian
    Pastikan lifeline yang dipilih memiliki panjang yang cukup untuk mencapai anchor point yang aman. Ini sangat penting untuk memastikan bahwa lifeline memberikan perlindungan yang memadai bagi pekerja di ketinggian.
  1. Kapasitas beban
    Periksa juga kapasitas beban lifeline untuk memastikan bahwa lifeline dapat menopang berat pengguna dengan aman. Kapasitas beban yang tidak memadai dapat mengakibatkan kegagalan sistem pengaman dan meningkatkan risiko kecelakaan.
  1. Standar keselamatan
    Terakhir, pastikan lifeline memenuhi atau melebihi standar keselamatan yang berlaku, seperti standar yang ditetapkan oleh OSHA (Occupational Safety and Health Administration) atau lembaga pengatur keselamatan kerja lainnya. Memilih lifeline yang telah diuji dan disertifikasi dapat memberikan kepercayaan tambahan dalam penggunaannya di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya.
6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya
Safety K323 September 2024

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

Peran klasifikasi area berbahaya sangat penting dalam pencegahan kecelakaan karena memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas keselamatan dengan lebih efektif. Dengan mengetahui klasifikasi tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti menyusun prosedur keselamatan yang tepat dan menyediakan pelatihan kepada pekerja.

Selain itu, pengetahuan akan klasifikasi area berbahaya juga dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di lingkungan kerja mereka, sehingga membantu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, pemahaman akan klasifikasi area berbahaya menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.

Klasifikasi area berbahaya tersebut mencakup berbagai tingkat risiko dan karakteristik yang berbeda. Ini penting untuk memastikan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap klasifikasi:

  1. Area Berbahaya Tertutup
    Area dengan risiko tinggi yang hanya boleh diakses oleh personel yang berwenang dan terlatih. Contoh termasuk ruang mesin yang berbahaya atau area dengan bahan kimia beracun.
  2. Area Berbahaya Terbatas
    Area dengan risiko sedang yang memerlukan izin khusus untuk masuk dan harus mengikuti prosedur keselamatan yang ditetapkan. Ini mungkin mencakup area yang mengandung mesin bergerak atau bahan kimia berbahaya yang tidak seaman area tertutup.
  3. Area Berbahaya Umum
    Area dengan risiko rendah yang dapat diakses oleh semua orang, tetapi tetap memerlukan kewaspadaan dan kepatuhan terhadap rambu-rambu keselamatan. Contohnya adalah area kerja umum di sebuah pabrik yang memiliki potensi bahaya seperti jalan raya di dalam pabrik atau area penyimpanan bahan kimia yang aman.
  4. Area Bahaya Tersembunyi
    Area dengan bahaya yang tidak terlihat, seperti paparan radiasi, bahan kimia berbahaya, atau bahaya ergonomis. Contohnya adalah ruang bawah tanah yang mungkin memiliki gas beracun atau ruang yang terpapar radiasi tanpa peralatan pelindung yang tepat.
  5. Area Berbahaya Sementara
    Area dengan bahaya yang muncul sementara, seperti pekerjaan konstruksi atau pemeliharaan. Contohnya adalah area yang sedang direnovasi di dalam sebuah gedung atau lokasi pembangunan jalan.
  6. Area Berbahaya Berkelanjutan
    Area dengan bahaya yang permanen, seperti area dengan ketinggian, mesin bergerak, atau bahan kimia berbahaya yang tersimpan. Contohnya adalah area produksi di pabrik dengan mesin bergerak yang beroperasi secara terus-menerus atau gudang penyimpanan bahan kimia yang memiliki risiko kebocoran atau tumpahan.

Tindakan Pencegahan untuk Masing-Masing Klasifikasi Area Berbahaya

Tindakan pencegahan untuk setiap klasifikasi area berbahaya dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengendalikan risiko potensial yang terkait dengan area tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih rinci untuk masing-masing klasifikasi:

  1. Area Berbahaya Tertutup:
    • Memasang signage peringatan yang jelas: Signage harus mencakup informasi tentang bahaya yang ada di area tersebut untuk memperingatkan orang agar berhati-hati.
    • Membatasi akses dengan kunci atau sistem keamanan: Ini bertujuan untuk memastikan bahwa hanya orang yang berwenang yang dapat memasuki area tersebut.
    • Memberikan pelatihan khusus kepada personel yang berwenang: Pelatihan harus mencakup pemahaman tentang bahaya yang terkait dengan area tersebut, serta prosedur keselamatan yang harus diikuti.
  2. Area Berbahaya Terbatas:
    • Memasang signage peringatan: Sebagai tanda peringatan bagi semua orang yang masuk ke area tersebut.
    • Menerapkan sistem izin masuk: Untuk memastikan bahwa hanya orang yang memenuhi syarat yang dapat memasuki area tersebut.
    • Menyediakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai: Memastikan bahwa pekerja dilengkapi dengan APD yang sesuai dengan risiko di area tersebut.
    • Melakukan pengawasan ketat: Untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan dan penggunaan APD.
  3. Area Berbahaya Umum:
    • Memasang signage peringatan: Untuk meningkatkan kesadaran pekerja dan pengunjung terhadap bahaya potensial di area tersebut.
    • Memberikan edukasi dan pelatihan keselamatan kepada pekerja: Untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang bahaya dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
    • Menerapkan prosedur keselamatan yang jelas: Agar semua orang tahu apa yang diharapkan dari mereka dalam hal keselamatan di area tersebut.
    • Melakukan inspeksi rutin: Untuk memastikan bahwa area tetap aman dan memperbarui tanda peringatan jika diperlukan.
  4. Area Bahaya Tersembunyi:
    • Melakukan identifikasi dan penilaian bahaya: Untuk mengetahui risiko yang terkait dengan area tersebut.
    • Memasang signage peringatan: Agar orang menyadari adanya bahaya yang mungkin tidak terlihat.
    • Menerapkan kontrol teknik dan administratif: Seperti isolasi peralatan berbahaya atau penjadwalan kerja yang aman.
    • Menyediakan APD yang sesuai: Untuk melindungi pekerja dari bahaya yang tersembunyi.
  5. Area Berbahaya Sementara:
    • Memasang signage peringatan: Untuk memperingatkan orang tentang bahaya yang mungkin hadir di area tersebut.
    • Membatasi akses dengan barikade atau sistem keamanan: Untuk mencegah orang masuk tanpa izin.
    • Memberikan pelatihan khusus kepada pekerja yang terlibat: Agar mereka memahami risiko yang terkait dengan pekerjaan sementara dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
    • Melakukan pengawasan ketat: Untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan.
  6. Area Berbahaya Berkelanjutan:
    • Memasang signage peringatan: Agar orang menyadari bahaya yang ada dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.
    • Menerapkan sistem kontrol teknik: Seperti guardrails atau interlock devices untuk mengurangi risiko.
    • Menyediakan APD yang sesuai: Untuk melindungi pekerja dari bahaya yang ada di area tersebut.
    • Melakukan inspeksi rutin dan pemeliharaan berkala: Untuk memastikan sistem keselamatan tetap berfungsi dengan baik dan area tetap aman dari bahaya.
Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?
Safety K324 Agustus 2023

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

1. Control Panel Fire Alarm

Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.

Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.

Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.

2. Audible Visual Fire Alarm

fire alarm horn strobe

Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.

  • Audible berupa perangkat yang akan memberikan peringatan berupa suara sirine, klakson, maupun seperti lonceng.
  • Strobe cenderung memberikan peringatan bahaya kebakaran melalui kedipan lampu. Jadi, misal terdeteksi kebakaran, Strobe ini akan mem-flash lampu tanda bahaya kebakaran tanpa dengan adanya peringatan suara.
  • Horn Strobe merupakan komponen peringatan kebakaran yang banyak digunakan. Jadi, horn strobe ini akan menggabungkan antara alarm audible dengan strobe. Sehingga, nanti jika terjadi kebakaran akan ditandai dengan peringatan suara yang disertai dengan kedipan lampu bahaya.

Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.

3. Power Supply

power supply fire alarm

Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.

Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.

Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?
Safety K326 Agustus 2024

Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kebakaran dengan mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung. Namun, tidak hanya memeriksa struktur bangunan itu sendiri, tapi isi bangunan, tata letak, dan penggunaan bangunan. Bagaimana penggunaan bangunan tersebut mempengaruhi risiko kebakaran? Berapa banyak orang yang ada di dalam gedung? Bagaimana mereka akan selamat jika terjadi kebakaran? Langkah apa yang harus diambil untuk meminimalisir bahaya?

Untuk bisnis atau bangunan umum seperti toko, gedung perkantoran, atau tempat-tempat vital lainnya dan bahkan stasiun bis dan kereta api, perlu dilakukan penilaian risiko kebakaran. Semua properti perlu mendapat penilaian risiko kebakaran. Ini bukan dokumen opsional dan diwajibkan oleh hukum Inggris.

Penilaian Resiko Kebakaran adalah proses yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap faktor-faktor yang menentukan bahaya kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan terjadi, dan konsekuensinya jika terjadi.

5 langkah untuk Penilaian Risiko:

  1. Identify fire hazards
  2. Identify people at risk
  3. Evaluate, Remove, Reduce and Protect from risk
  4. Record, Plan, Inform, Instruct and Train
  5. Review and Evaluate

Penting untuk diingat bahwa Penilaian Resiko Kebakaran Anda harus menunjukkan bahwa sejauh masuk akal, Anda telah mempertimbangkan kebutuhan semua orang yang relevan termasuk penyandang cacat, atau gangguan yang dapat mengurangi pelarian mereka dari tempat tersebut.

Tapi mengapa perlu penilaian risiko kebakaran?

Alasannya adalah bahwa penilaian risiko kebakaran diperlukan karena diatur dalam Regulatory Reform (Fire Safety) Order 2005. Di Indonesia Penerapan FRA ini dapat mengacu kepada standar National Fire Protection Association (NFPA) dan juga peraturan lokal seperti PerMen PU No. 26 Tahun 2008. Pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun minimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif.

Secara sederhana, peraturan tersebut menyatakan bahwa penilaian risiko kebakaran harus dilakukan, namun juga mencantumkan berbagai persyaratan lainnya seperti: siapa yang dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kebakaran, bagaimana prosedur dalam tanggap darurat dan untuk wilayah rawan bahaya, bagaiamana memberikan sosialisasi kepada setiap karyawan sehingga karyawan mampu menyelamatkan diri, dan informasi apa yang harus diberikan kepada karyawan.

Penting untuk dipahami bahwa kegagalan mematuhi Regulasi (Keselamatan Kebakaran) atau kelalaian yang menyebabkan kebakaran pada orang lain dapat dituntut secara pidana kurungan paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama setahun menurut pasal 188 KUHP. Dalam beberapa kasus, pihak yang bersalah berakhir dengan hukuman penjara.

Penting untuk dicatat bahwa undang-undang meminta penilaian risiko agar ‘sesuai’ dan ‘cukup’. Masalahnya adalah bahwa ada tingkat interpretasi di sini: apa yang mungkin cocok untuk satu properti tentu tidak akan sesuai untuk yang lain. Inilah sebabnya mengapa penting untuk menyesuaikan penilaian risiko kebakaran di masing-masing lokasi, serta untuk memperbarui dan meninjau penilaian saat dan kapan perubahan terjadi, seperti saat ruangan dipindahkan, orang-orang di bangunan tersebut berubah (terutama jika terdapat anak-anak atau orang cacat atau lanjut usia).

Siapa pun dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, asalkan dianggap ‘kompeten’, namun baru-baru ini ditemukan bahwa banyak pemilik bisnis tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menyelesaikan penilaian risiko tanpa bantuan. Masalahnya muncul ketika orang yang melakukan penilaian risiko kebakaran tidak memiliki pengalaman dan kemampuan untuk sepenuhnya menganalisis risiko. Bagaimana jika risiko atau bahaya tidak terjawab?

Tapi bagaimana Anda menemukan penilai risiko yang andal? Jawabannya sederhana: use only verified and certified risk assessors!

Penilaian risiko kebakaran mudah dilakukan, namun sulit dilakukan dengan baik. Hampir semua orang yang memiliki latar belakang di industri kebakaran dapat menjadikan diri mereka sebagai penilai risiko kebakaran yang ‘profesional’. Bahkan ada ratusan perusahaan yang mengaku sebagai ‘expert’ risk assessors, namun tanpa ada bukti nyata seperti tidak memiliki sertifikat.