Loading...
Mempersiapkan pengalaman terbaik untuk Anda
Dalam dunia industri, keselamatan kerja adalah prioritas utama—terutama untuk pekerjaan berisiko tinggi. Salah satu sistem kontrol yang krusial untuk mencegah kecelakaan adalah Permit to Work (PTW) atau sistem izin kerja.
PTW bukan sekadar formalitas, melainkan mekanisme pengendalian risiko yang dirancang untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan secara aman, terencana, dan sesuai prosedur.
Namun, tidak semua jenis pekerjaan wajib menggunakan sistem PTW. Lalu, pekerjaan seperti apa saja yang harus dilengkapi dengan Permit to Work? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Apa Itu Permit to Work?
Permit to Work adalah dokumen resmi yang mengizinkan seseorang atau tim untuk melakukan pekerjaan tertentu di area berbahaya, dengan persetujuan dan kontrol dari pihak yang berwenang. Sistem ini memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan prosedur yang aman, alat pelindung yang sesuai, serta koordinasi yang jelas antar pihak terkait.
Permit ini biasanya berlaku dalam jangka waktu tertentu dan hanya untuk jenis pekerjaan tertentu. PTW juga harus ditandatangani oleh pihak pemberi izin, pelaksana, dan pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
Kenapa Permit to Work Penting?
Tanpa PTW, pekerjaan berisiko bisa menyebabkan insiden serius seperti kebakaran, ledakan, keracunan gas, atau kecelakaan fatal. PTW mendorong evaluasi risiko sebelum pekerjaan dilakukan, memastikan alat pelindung telah tersedia, serta mendorong komunikasi antar tim. Artinya, PTW adalah benteng terakhir sebelum risiko terjadi.
7 Pekerjaan yang Harus Menggunakan Permit to Work
Berikut adalah tujuh jenis pekerjaan yang wajib menggunakan sistem PTW untuk menjamin keselamatan dan kepatuhan terhadap regulasi:
1. Pekerjaan di Ruang Terbatas (Confined Space Work)
Pekerjaan di ruang terbatas termasuk salah satu pekerjaan paling berisiko tinggi. Ruang terbatas didefinisikan sebagai area sempit atau tertutup yang memiliki ventilasi terbatas, bukan untuk ditempati manusia dalam waktu lama, dan memiliki potensi bahaya seperti kekurangan oksigen, keberadaan gas beracun, atau kemungkinan terjebak. Contoh confined space antara lain: tangki penyimpanan, sumur pompa, saluran drainase, silo, dan ruang bawah tanah.
Sistem Permit to Work diperlukan untuk memastikan semua risiko telah diidentifikasi dan dikendalikan. Proses ini melibatkan pemeriksaan atmosfer, sistem ventilasi, penggunaan alat pelindung pernapasan (SCBA), komunikasi dua arah, serta rencana evakuasi darurat yang jelas. Tanpa PTW, risiko cedera atau kematian akibat asfiksia atau paparan gas beracun sangat tinggi.
2. Pekerjaan Panas (Hot Work)
Hot work meliputi kegiatan seperti pengelasan, pemotongan logam (cutting), grinding, brazing, soldering, hingga penggunaan peralatan yang menghasilkan percikan api atau suhu tinggi. Di lingkungan industri, kegiatan ini sangat berbahaya karena dapat memicu kebakaran atau ledakan, terutama di area dengan bahan mudah terbakar atau atmosfer yang mudah meledak.
Permit to Work untuk hot work memastikan bahwa area kerja sudah dibersihkan dari bahan yang mudah terbakar, tersedia alat pemadam api ringan (APAR), pekerja telah menggunakan APD seperti fire-retardant coverall dan pelindung wajah, serta dilakukan pengawasan selama dan setelah pekerjaan selesai (fire watch). Dalam beberapa kasus, pekerjaan tidak boleh dimulai tanpa adanya pengujian gas eksplosif di sekitar lokasi kerja.
3. Pekerjaan di Ketinggian (Working at Height)
Bekerja di ketinggian adalah pekerjaan yang dilakukan pada permukaan lebih dari 1,8 meter dari tanah atau permukaan kerja lainnya. Risiko utama dalam pekerjaan ini adalah jatuh dari ketinggian yang dapat menyebabkan cedera serius hingga kematian.
Sistem PTW dalam pekerjaan ini mencakup pemeriksaan kondisi peralatan akses (seperti scaffolding, tangga, atau platform), pengecekan harness dan lanyard, serta rencana evakuasi jika terjadi insiden. Selain itu, pengawas kerja harus memastikan bahwa pekerja telah mengikuti pelatihan bekerja di ketinggian dan memiliki kompetensi untuk menggunakan sistem fall arrest dan fall restraint. PTW juga harus menjelaskan batasan area kerja, waktu kerja, dan personel yang terlibat.
4. Pekerjaan Listrik (Electrical Work)
Segala pekerjaan yang berhubungan dengan sistem kelistrikan seperti perawatan panel, penggantian kabel, atau instalasi baru, memiliki risiko sengatan listrik, kebakaran, dan kerusakan peralatan. Risiko ini bisa meningkat apabila tidak dilakukan pengamanan dan pengendalian energi dengan baik.
PTW untuk pekerjaan listrik mencakup prosedur LOTO (Lockout Tagout), pengujian tegangan nol (zero voltage verification), penyediaan APD khusus listrik (seperti sarung tangan isolasi, arc flash suit), serta pembatasan area kerja untuk mencegah akses tidak sah. PTW juga harus menyebutkan batas aman tegangan kerja dan identitas teknisi yang kompeten sesuai klasifikasi pekerjaan.
5. Pekerjaan Penggalian dan Ekskavasi (Excavation Work)
Kegiatan penggalian bisa tampak sederhana, tetapi menyimpan banyak potensi bahaya seperti longsor tanah, tabrakan alat berat, terkena pipa gas bawah tanah, kabel listrik, atau genangan air beracun. Ketika kedalaman galian melebihi 1,2 meter, risiko cedera atau kematian meningkat secara signifikan.
Permit to Work pada pekerjaan ini akan mengatur proses identifikasi utilitas bawah tanah menggunakan peta dan alat deteksi, metode penyanggaan (shoring), kemiringan dinding galian, sistem drainase, serta pengawasan ketat saat cuaca ekstrem. PTW juga mencakup inspeksi berkala dan memastikan pekerja tidak memasuki galian tanpa pengawasan.
6. Pekerjaan dengan Paparan Bahan Kimia Berbahaya
Industri kimia, minyak dan gas, manufaktur, hingga pengolahan limbah seringkali melibatkan bahan kimia yang mudah terbakar, korosif, reaktif, atau toksik. Paparan langsung tanpa kendali bisa menyebabkan luka bakar, keracunan, hingga bahaya sistemik pada tubuh.
Permit to Work akan mengatur prosedur penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, dan pembersihan bahan kimia dengan aman. Hal ini mencakup jenis APD yang digunakan, sistem ventilasi, alat tumpahan darurat (spill kit), MSDS (Material Safety Data Sheet) yang tersedia di lokasi, serta pelatihan tentang cara merespons insiden kimia. PTW juga akan mencatat potensi reaksi berbahaya bila dua atau lebih bahan kimia digunakan bersamaan.
7. Isolasi Energi Berbahaya (LOTO – Lockout Tagout)
LOTO adalah prosedur keselamatan untuk memastikan bahwa mesin atau peralatan tidak dapat diaktifkan selama kegiatan pemeliharaan atau perbaikan berlangsung. Energi berbahaya yang dimaksud bisa berupa listrik, hidrolik, pneumatik, gravitasi, atau energi potensial lainnya.
Permit to Work untuk pekerjaan LOTO memastikan bahwa semua sumber energi telah dinonaktifkan, dikunci dengan alat pengaman, dan diberi label yang menunjukkan pekerjaan sedang berlangsung. PTW juga mencakup pengujian sistem bahwa energi benar-benar tidak aktif, dokumentasi alat yang dikunci, serta identitas teknisi dan supervisor yang bertanggung jawab. Tanpa prosedur ini, kemungkinan kecelakaan fatal akibat mesin menyala mendadak sangat besar.
Untuk mencegah terjadinya arc flash dan mengurangi risiko cedera atau kerusakan, langkah-langkah pencegahan berikut dapat diterapkan:
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini secara konsisten, dapat mengurangi risiko terjadinya arc flash dan meningkatkan keselamatan pekerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Selain itu, pengawasan dan peninjauan terus menerus terhadap keamanan sistem kelistrikan juga sangat penting untuk menjaga lingkungan kerja tetap aman dari potensi bahaya arc flash.
Tips Keselamatan Kerja untuk Menghindari Arc Flash
Berikut adalah beberapa tips keselamatan kerja yang dapat membantu menghindari risiko arc flash di lingkungan kerja:
Dengan mematuhi tips keselamatan kerja ini dan mengadopsi praktik keselamatan yang baik, Anda dapat membantu mengurangi risiko terjadinya arc flash dan menjaga keselamatan diri sendiri serta rekan kerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap pekerjaan yang melibatkan risiko listrik.
Kesimpulan
Dalam kesimpulan, penting untuk diingat bahwa arc flash adalah bahaya serius yang dapat terjadi di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Dampaknya dapat fatal, menyebabkan luka bakar serius, kerusakan mata dan pendengaran, gangguan pernapasan, bahkan kematian. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, tanda-tanda, dampak, dan langkah-langkah pencegahan arc flash, kita dapat mengurangi risiko dan menjaga keselamatan diri dan rekan kerja.
Melakukan inspeksi dan pemeliharaan sistem kelistrikan secara berkala, menggunakan alat pelindung diri yang tepat, melatih pekerja tentang bahaya arc flash, memasang perangkat perlindungan arc flash, serta mengikuti tips keselamatan kerja yang tepat dapat membantu mencegah kejadian arc flash dan melindungi keselamatan di tempat kerja. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama, dan langkah-langkah pencegahan harus diadopsi secara konsisten untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dari risiko arc flash.
sumber: indonesiasafetycenter
Mengetahui klasifikasi area berbahaya merupakan hal yang sangat penting dalam lingkungan kerja karena dapat membantu mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko yang mungkin terjadi. Kecelakaan kerja dapat memiliki dampak negatif yang serius, termasuk cedera fisik yang parah atau bahkan kematian bagi pekerja yang terlibat.
Selain itu, kecelakaan juga dapat merugikan perusahaan dengan menyebabkan kerusakan pada peralatan dan properti, mengganggu produktivitas, serta menimbulkan biaya medis dan kompensasi yang tinggi.
Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja
Menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu dalam menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja:
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman adalah tanggung jawab bersama. Keselamatan kerja merupakan prioritas yang harus dipegang oleh semua pihak terlibat, baik manajemen perusahaan maupun para pekerja. Dengan memahami klasifikasi area berbahaya dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat meminimalkan risiko kecelakaan kerja yang serius.
Dan dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti pelatihan keselamatan, penggunaan peralatan pelindung diri, dan penegakan prosedur keselamatan, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi semua.
Manfaat menggunakan lifeline sangat besar, tidak hanya bagi keselamatan pekerja tetapi juga bagi keselamatan keseluruhan di tempat kerja. Penggunaan lifeline dapat mengurangi risiko kecelakaan serius atau fatal yang bisa terjadi jika pekerja jatuh dari ketinggian.
Selain itu, dengan meningkatkan keselamatan kerja, penggunaan lifeline juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan kecelakaan kerja, seperti biaya medis, kompensasi pekerja, atau penundaan proyek. Dengan demikian, lifeline bukan hanya merupakan alat pengaman individual, tetapi juga merupakan investasi penting untuk keselamatan dan kesejahteraan pekerja serta kelangsungan bisnis.
Jenis-Jenis Lifeline
Terdapat empat jenis utama lifeline yang digunakan dalam berbagai aplikasi keselamatan dan industri. Mari kita jelaskan lebih detail tentang masing-masing jenis:
Komponen Utama Lifeline
Komponen-komponen utama lifeline adalah unsur-unsur kunci yang bekerja bersama-sama untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada pekerja yang menggunakan lifeline. Berikut penjelasan tentang masing-masing komponen:
Penerangan yang buruk bukan berati yang gelap. Namun penerangan yang baik ditempat kerja adalah yang tidak menyilaukan, yang tidak berkedip, yang tidak menimbulkan bayangan kontras dan tidak menimbulkan panas. Biasanya intensitas pencahayaan dinyatakan dalam satuan Lux.
Dalam bekerja tentunya pencahayaan ini sangat penting, sehingga dalam regulasi pemerintah telah dibuatkan standarisasi berkaitan tingkat pencahayaan untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. Misalnya untuk penerangan di halaman dan jalan standar yang ditetapkan pemerintah yaitu setidaknya 20 lux.
Atau untuk pekerjaan yang sifatnya mengerjakan bahan-bahan yang kasar, atau pergudangan untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar setidaknya perlu 50 lux. Semakin teliti maka semakin tinggi juga intensitas yang diperlukan namun tetap ada batasannya. Karena pencahayaan yang terlalu terang juga bisa membahayakan.
Penerangan yang buruk atau yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya akan menimbulkan risiko pada pekerja seperti kelelahan mata, berkurangannya kemampuan mampu hingga kerusakan indera mata.
Di beberapa kondisi, penerangan yang buruk juga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu penting memastikan bahwa kita bekerja dengan penerangan yang baik. Aturan terkait pencahayaan bisa dilihat di Permenaker no 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja (halaman 61)