Loading...
Mempersiapkan pengalaman terbaik untuk Anda

Peralatan pemadam kebakaran memiliki peran penting dalam memadamkan api dan mengendalikan kebakaran sebelum dapat menyebar lebih luas. Pemadam kebakaran seperti alat pemadam api ringan (APAR), tabung pemadam, selang pemadam, dan sprinkler sistem adalah beberapa contoh peralatan yang dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran.
Pentingnya mengetahui cara menggunakan peralatan pemadam kebakaran dengan benar tidak dapat dipandang remeh. Pelatihan dan pemahaman tentang cara menggunakan peralatan pemadam kebakaran secara efektif dan efisien dapat membuat perbedaan antara keselamatan dan bahaya. Mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam menggunakan peralatan pemadam kebakaran dapat membantu mengatasi situasi darurat dengan cepat dan secara efektif, serta meminimalkan risiko cedera atau kerusakan yang lebih besar.
Mengenal 7 Peralatan Pemadam Kebakaran Dasar
berikut adalah penjelasan lengkap tentang tujuan, penggunaan, dan karakteristik dari masing-masing peralatan pemadam kebakaran dasar:
1. APAR Powder (Powder Fire Extinguisher)
APAR Powder dirancang untuk memadamkan api kelas A, B, dan C. Peralatan ini menggunakan serbuk kering yang efektif dalam mencegah reaksi kimia yang diperlukan untuk pembakaran. Penggunaanya menggunakan serbuk kering yang disemprotkan ke api. APAR Powder efektif dalam berbagai situasi kebakaran, termasuk api yang disebabkan oleh material padat, cair, dan gas. APAR Powder dapat menyebabkan sedikit pencemaran dan tidak merusak peralatan listrik. Namun, serbuk kering tersebut dapat mengganggu visibilitas dan menyebabkan kerusakan pada peralatan sensitif seperti komputer atau mesin elektronik.
2. APAR Foam (Foam Fire Extinguisher)
APAR Foam digunakan untuk memadamkan api kelas A dan B. Peralatan ini menggunakan bahan busa yang membentuk lapisan pada permukaan api untuk mencegah penguapan dan memadamkan api secara efektif. Foam disemprotkan ke api untuk membentuk lapisan yang menutupi permukaan yang terbakar. Ini mencegah kontak langsung antara oksigen dan sumber panas, sehingga memadamkan api. APAR Foam dapat membersihkan residu setelah digunakan, tetapi perlu diingat bahwa busa yang dihasilkan bisa menyebabkan licin dan memerlukan pembersihan tambahan setelah kebakaran.
3. APAR CO2 (Carbon Dioxide Fire Extinguisher)
APAR CO2 digunakan untuk memadamkan api kelas B dan C. Peralatan ini menggunakan karbon dioksida (CO2) yang menggantikan oksigen di sekitar api, memadamkan api dengan cepat tanpa meninggalkan residu. CO2 disemprotkan ke api untuk menggantikan oksigen dan memadamkan sumber panas. Ini adalah pilihan yang baik untuk memadamkan kebakaran di sekitar peralatan elektronik atau bahan kimia yang sensitif terhadap air atau serbuk kering. APAR CO2 tidak meninggalkan residu dan tidak merusak peralatan listrik atau elektronik. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan CO2 dalam ruangan yang tidak ventilasi dapat menyebabkan kekurangan oksigen.
4. APAR Water (Water Fire Extinguisher)
APAR Water digunakan untuk memadamkan api kelas A. Peralatan ini menggunakan air yang disemprotkan ke api untuk mendinginkan permukaan yang terbakar dan memadamkan api. Air disemprotkan ke api untuk menurunkan suhu dan memadamkan sumber panas. Ini adalah pilihan yang baik untuk memadamkan kebakaran di kertas, kayu, kain, atau material lain yang mudah terbakar. APAR Water tidak meninggalkan residu dan biasanya aman digunakan di sebagian besar situasi kebakaran. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan air pada kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan yang sensitif terhadap air seperti minyak atau bahan kimia dapat membuat keadaan menjadi lebih buruk.
5. Selimut Api (Fire Blanket)
Selimut Api digunakan untuk memadamkan api kecil dan membungkus korban luka bakar. Terbuat dari bahan tahan api, selimut api dapat menutupi sumber api untuk mencegah akses oksigen dan memadamkan api. Selimut api ditarik dan diletakkan di atas atau di sekitar sumber api untuk membungkusnya. Ini efektif untuk memadamkan api pada pakaian atau permukaan yang terbakar dan juga dapat digunakan untuk membungkus korban luka bakar. Selimut api mudah digunakan dan disimpan, serta tidak meninggalkan residu setelah digunakan. Namun, selimut api hanya efektif untuk api kecil dan tidak cocok untuk kebakaran yang besar atau luas.
6. Hydrant
Hydrant adalah sistem pemadam api air bertekanan tinggi yang menyediakan sumber air yang cukup untuk memadamkan kebakaran dengan tekanan tinggi. Alat ini digunakan oleh petugas pemadam kebakaran untuk menyuplai air ke jet air atau selang pemadam kebakaran untuk memadamkan kebakaran secara efektif. Hydrant umumnya terhubung ke sumber air utama dan dilengkapi dengan alat pengendali tekanan dan aliran air. Mereka penting dalam upaya pemadaman kebakaran dan sering terdapat di lingkungan perumahan, komersial, dan industri.
7. Pasir
Pasir digunakan untuk memadamkan api kecil dan mencegah penyebaran api. Dengan ini Pasir dapat menutupi sumber api untuk mencegah akses oksigen dan memadamkan api. Pasir ditaburkan atau dilemparkan ke api untuk menutupi permukaan yang terbakar dan memadamkannya. Ini efektif untuk kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan padat seperti kayu atau kertas. Pasir mudah ditemukan, murah, dan efektif dalam memadamkan api kecil. Namun, penggunaannya dapat meninggalkan sisa pasir yang perlu dibersihkan setelah kebakaran dan tidak cocok untuk semua jenis kebakaran, terutama yang melibatkan cairan atau bahan kimia.

Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kebakaran dengan mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung. Namun, tidak hanya memeriksa struktur bangunan itu sendiri, tapi isi bangunan, tata letak, dan penggunaan bangunan. Bagaimana penggunaan bangunan tersebut mempengaruhi risiko kebakaran? Berapa banyak orang yang ada di dalam gedung? Bagaimana mereka akan selamat jika terjadi kebakaran? Langkah apa yang harus diambil untuk meminimalisir bahaya?
Untuk bisnis atau bangunan umum seperti toko, gedung perkantoran, atau tempat-tempat vital lainnya dan bahkan stasiun bis dan kereta api, perlu dilakukan penilaian risiko kebakaran. Semua properti perlu mendapat penilaian risiko kebakaran. Ini bukan dokumen opsional dan diwajibkan oleh hukum Inggris.
Penilaian Resiko Kebakaran adalah proses yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap faktor-faktor yang menentukan bahaya kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan terjadi, dan konsekuensinya jika terjadi.
5 langkah untuk Penilaian Risiko:
Penting untuk diingat bahwa Penilaian Resiko Kebakaran Anda harus menunjukkan bahwa sejauh masuk akal, Anda telah mempertimbangkan kebutuhan semua orang yang relevan termasuk penyandang cacat, atau gangguan yang dapat mengurangi pelarian mereka dari tempat tersebut.
Tapi mengapa perlu penilaian risiko kebakaran?
Alasannya adalah bahwa penilaian risiko kebakaran diperlukan karena diatur dalam Regulatory Reform (Fire Safety) Order 2005. Di Indonesia Penerapan FRA ini dapat mengacu kepada standar National Fire Protection Association (NFPA) dan juga peraturan lokal seperti PerMen PU No. 26 Tahun 2008. Pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun minimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif.
Secara sederhana, peraturan tersebut menyatakan bahwa penilaian risiko kebakaran harus dilakukan, namun juga mencantumkan berbagai persyaratan lainnya seperti: siapa yang dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kebakaran, bagaimana prosedur dalam tanggap darurat dan untuk wilayah rawan bahaya, bagaiamana memberikan sosialisasi kepada setiap karyawan sehingga karyawan mampu menyelamatkan diri, dan informasi apa yang harus diberikan kepada karyawan.
Penting untuk dipahami bahwa kegagalan mematuhi Regulasi (Keselamatan Kebakaran) atau kelalaian yang menyebabkan kebakaran pada orang lain dapat dituntut secara pidana kurungan paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama setahun menurut pasal 188 KUHP. Dalam beberapa kasus, pihak yang bersalah berakhir dengan hukuman penjara.
Penting untuk dicatat bahwa undang-undang meminta penilaian risiko agar ‘sesuai’ dan ‘cukup’. Masalahnya adalah bahwa ada tingkat interpretasi di sini: apa yang mungkin cocok untuk satu properti tentu tidak akan sesuai untuk yang lain. Inilah sebabnya mengapa penting untuk menyesuaikan penilaian risiko kebakaran di masing-masing lokasi, serta untuk memperbarui dan meninjau penilaian saat dan kapan perubahan terjadi, seperti saat ruangan dipindahkan, orang-orang di bangunan tersebut berubah (terutama jika terdapat anak-anak atau orang cacat atau lanjut usia).
Siapa pun dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, asalkan dianggap ‘kompeten’, namun baru-baru ini ditemukan bahwa banyak pemilik bisnis tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menyelesaikan penilaian risiko tanpa bantuan. Masalahnya muncul ketika orang yang melakukan penilaian risiko kebakaran tidak memiliki pengalaman dan kemampuan untuk sepenuhnya menganalisis risiko. Bagaimana jika risiko atau bahaya tidak terjawab?
Tapi bagaimana Anda menemukan penilai risiko yang andal? Jawabannya sederhana: use only verified and certified risk assessors!
Penilaian risiko kebakaran mudah dilakukan, namun sulit dilakukan dengan baik. Hampir semua orang yang memiliki latar belakang di industri kebakaran dapat menjadikan diri mereka sebagai penilai risiko kebakaran yang ‘profesional’. Bahkan ada ratusan perusahaan yang mengaku sebagai ‘expert’ risk assessors, namun tanpa ada bukti nyata seperti tidak memiliki sertifikat.

1. Control Panel Fire Alarm
Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.
Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.
Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.
2. Audible Visual Fire Alarm

Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.
Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.
3. Power Supply

Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.
Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.

Dalam dunia industri, keselamatan merupakan hal yang tak bisa diabaikan. Lifeline, atau tali pengaman safety, menjadi salah satu alat penting dalam menjaga keselamatan para pekerja, terutama di lingkungan kerja yang tinggi atau berbahaya. Dan Lifeline bukan hanya sekadar tali biasa, tetapi sebuah sistem pengaman yang dirancang untuk menahan atau menopang beban serta mengamankan pekerja dari jatuh atau tergelincir.
Pengertian Lifeline
Lifeline merupakan tali yang menjadi bagian integral dari sistem keselamatan yang dirancang untuk melindungi pekerja di lingkungan kerja yang memerlukan perlindungan dari jatuh atau tergelincir. Bahan yang digunakan untuk membuat lifeline biasanya dipilih karena kekuatan dan ketahanannya terhadap tekanan dan keausan, seperti nilon yang kuat atau baja tahan lama. Namun, selain kekuatan materi, desain lifeline juga memperhitungkan fleksibilitas agar pengguna dapat bergerak dengan relatif bebas tanpa mengorbankan keamanan.
Attachment point pada lifeline menjadi komponen kunci yang memungkinkan pengguna terhubung ke anchor point dengan aman. Anchor point biasanya dipasang pada struktur yang stabil dan kuat, seperti dinding beton atau tiang baja, untuk memastikan bahwa lifeline dapat menahan beban pengguna dengan efektif. Pemasangan attachment point dan anchor point harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan panduan keselamatan yang berlaku, serta mempertimbangkan faktor-faktor seperti beban maksimum yang akan ditanggung oleh lifeline dan posisi pengguna saat bekerja.
Dalam situasi darurat, lifeline menjadi jaminan bagi keselamatan pekerja. Ketika terjadi kejadian tak terduga seperti jatuh atau tergelincir, lifeline akan mencegah pengguna jatuh ke bawah dengan menahan beban tubuhnya. Oleh karena itu, penggunaan lifeline tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan, tetapi juga memberikan kepercayaan diri ekstra bagi pekerja yang harus beroperasi di ketinggian atau lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya.
Fungsi Lifeline
Lifeline memiliki beberapa fungsi utama yang mendukung keselamatan dan efisiensi di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya:
Manfaat Lifeline
Penggunaan lifeline dalam lingkungan kerja membawa berbagai manfaat yang signifikan bagi keselamatan dan produktivitas:

Keselamatan tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pengelola proyek untuk memastikan bahwa semua pekerja dilengkapi dengan lifeline yang sesuai dan mendapat pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan aman.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, di mana setiap pekerja dapat bekerja dengan damai dan produktif, tanpa khawatir akan risiko yang tidak perlu.
Memilih lifeline yang tepat adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan serius terhadap beberapa faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih lifeline:
Tips Menggunakan Lifeline dengan Aman
Menggunakan lifeline dengan aman adalah kunci untuk menjaga keselamatan di tempat kerja yang melibatkan pekerjaan di ketinggian. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menggunakan lifeline dengan aman: