Loading...
Mempersiapkan pengalaman terbaik untuk Anda

Trauma berat akibat suatu peristiwa atau gangguan pada fungsi otak dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa. Macam-macam gangguan jiwa meliputi gangguan kecemasan, gangguan psikotik, gangguan suasana hati, gangguan kepribadian, dan gangguan makan.
Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang memengaruhi bagaimana seseorang berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dengan orang lain secara signifikan. Jika tidak diobati, orang yang mengalami gangguan jiwa akan sulit beraktivitas, bekerja, dan bahkan berinteraksi dengan orang lain.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018 mencatat ada lebih dari 19 juta penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang menderita gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta orang diperkirakan mengalami depresi. Angka ini cenderung meningkat jika dibandingkan data tahun 2013.
Penyebab terjadinya gangguan jiwa hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami gangguan jiwa, di antaranya:
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih banyak mendapatkan pandangan negatif dari masyarakat.
Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa gangguan jiwa hanya terjadi akibat gangguan halusinasi atau masalah perilaku. Bahkan, masih banyak orang yang beranggapan bahwa penderita gangguan jiwa perlu dikurung atau dipasung.
Padahal, gangguan jiwa ada berbagai macam dan masing-masing jenis gangguan jiwa memiliki tanda dan gejala yang berbeda. Berikut ini adalah macam-macam gangguan jiwa yang cukup sering terjadi:
Gangguan kecemasan terdiri dari gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan sosial, fobia, dan panik. Gangguan kecemasan merupakan gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya merasa cemas dan gelisah, serta sulit mengendalikan perasaan tersebut.
Ketika mengalami gangguan kecemasan, seseorang bisa merasakan gejala berupa banyak berkeringat, detak jantung yang cepat atau dada berdebar, merasa pusing, susah berkonsentrasi, sulit tidur, serta merasa cemas dan khawatir hingga sulit menjalani aktivitas sehari-hari.
Seseorang dengan gangguan kepribadian cenderung memiliki pola pikir, perasaan, atau perilaku yang berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya. Jenis gangguan kepribadian terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu:
Gangguan psikotik merupakan gangguan jiwa parah yang menyebabkan munculnya pemikiran dan persepsi yang tidak normal, misalnya penyakit skizofrenia.
Orang yang mengalami gangguan psikotik akan mengalami halusinasi, mempercayai hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi, dan bahkan mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
Perubahan mood yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal terjadi, apalagi jika memang ada faktor pencetusnya, misalnya stres, kelelahan, atau tekanan batin.
Namun, orang yang menderita gangguan suasana hati bisa mengalami perubahan mood atau suasana hati yang ekstrem dan dalam waktu cepat. Misalnya, dari mood yang stabil, tiba-tiba sedih, lalu sangat bahagia dan bersemangat dalam waktu yang cepat.
Jenis gangguan jiwa yang membuat suasana hati cepat berubah meliputi depresi, gangguan bipolar, dan gangguan siklotimik.
Gangguan makan adalah gangguan jiwa serius yang membuat perilaku makan seseorang terganggu. Kondisi ini sering kali dapat membuat penderitanya mengalami masalah gizi, misalnya kurang gizi atau justru obesitas.
Contoh dari gangguan makan adalah anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, serta binge-eating disorder atau gangguan makan berlebihan.
Orang dengan gangguan pengendalian impuls tidak dapat menahan dorongan untuk melakukan tindakan yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain, misalnya berjudi, mencuri (kleptomania), dan menyulut api (piromania).
Sedangkan gangguan perilaku adiksi atau kecanduan biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang atau narkoba. Tak hanya itu, seseorang juga bisa kecanduan aktivitas tertentu, seperti seks, masturbasi, atau berbelanja.
Gangguan jiwa yang satu ini ditandai dengan adanya pikiran dan obsesi yang tidak terkendali terhadap sesuatu, sehingga mendorong penderitanya untuk melakukan suatu aktivitas secara berulang-ulang.
Orang yang menderita OCD bisa terobsesi dengan angka tertentu, misalnya angka 3. Hal ini akan membuatnya merasa perlu melakukan aktivitas tertentu, seperti mencuci tangan atau mengetuk pintu sebanyak 3 kali. Jika hal tersebut tidak dilakukan, penderita OCD akan merasa risih dan khawatir secara berlebihan.
PTSD dapat berkembang setelah seseorang mengalami kejadian traumatis atau mengerikan, seperti pelecehan seksual atau fisik, kematian orang terdekat, atau bencana alam.
Orang yang menderita PTSD biasanya akan sulit melupakan pikiran atau peristiwa yang tidak menyenangkan tersebut.
Apa pun jenisnya, macam-macam gangguan jiwa yang dialami oleh seseorang perlu diobati oleh psikolog atau psikiater. Apabila tidak ditangani dengan baik, gangguan jiwa yang dialami bisa semakin parah dan berpotensi membuat mereka menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala gangguan jiwa, segera cari bantuan ke psikiater. Untuk menentukan diagnosis gangguan jiwa pada penderita, psikiater akan melakukan pemeriksaan kejiwaan. Setelah itu, penderita akan mendapatkan penanganan dan pengobatan sesuai jenis gangguan jiwa yang dialaminya.
sumber : alodokter.com

Keselamatan tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pengelola proyek untuk memastikan bahwa semua pekerja dilengkapi dengan lifeline yang sesuai dan mendapat pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan aman.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, di mana setiap pekerja dapat bekerja dengan damai dan produktif, tanpa khawatir akan risiko yang tidak perlu.
Memilih lifeline yang tepat adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan serius terhadap beberapa faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih lifeline:
Tips Menggunakan Lifeline dengan Aman
Menggunakan lifeline dengan aman adalah kunci untuk menjaga keselamatan di tempat kerja yang melibatkan pekerjaan di ketinggian. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menggunakan lifeline dengan aman:

Antasida adalah obat untuk meredakan gejala akibat asam lambung berlebih, seperti nyeri ulu hati, kembung, mual, atau rasa panas di dada. Obat ini bisa digunakan dalam pengobatan sakit maag, penyakit asam lambung (GERD), tukak lambung, atau gastritis.
Antasida (antacid) bekerja dengan cara menetralkan asam lambung sehingga keluhan akibat naiknya asam lambung akan mereda. Obat ini dapat bekerja dalam hitungan jam setelah diminum. Namun, antasida hanya bisa meredakan gejala dan tidak dapat mengobati penyebab meningkatnya asam lambung.
Sukralfat atau sucralfate adalah obat untuk mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, atau gastritis kronis. Sukralfat tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi yang hanya boleh digunakan dengan resep dokter.
Sukralfat bekerja dengan cara menempel di bagian lambung atau usus yang terluka. Obat ini melindungi lukadari asam lambung, enzim pencernaan, dan garam empedu. Dengan begitu, sukralfat mencegah luka menjadi semakin parah dan membantu penyembuhan luka lebih cepat.
Jika nantinya dengan penerapan pola hidup sehat tersebut kekambuhan sakit maag masih sering terjadi dan belum dapat teratasi dengan secara mandiri, maka sebaiknya periksakan diri anda ke dokter penyakit dalam.
sumber : alodokter

Manfaat menggunakan lifeline sangat besar, tidak hanya bagi keselamatan pekerja tetapi juga bagi keselamatan keseluruhan di tempat kerja. Penggunaan lifeline dapat mengurangi risiko kecelakaan serius atau fatal yang bisa terjadi jika pekerja jatuh dari ketinggian.
Selain itu, dengan meningkatkan keselamatan kerja, penggunaan lifeline juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan kecelakaan kerja, seperti biaya medis, kompensasi pekerja, atau penundaan proyek. Dengan demikian, lifeline bukan hanya merupakan alat pengaman individual, tetapi juga merupakan investasi penting untuk keselamatan dan kesejahteraan pekerja serta kelangsungan bisnis.
Jenis-Jenis Lifeline
Terdapat empat jenis utama lifeline yang digunakan dalam berbagai aplikasi keselamatan dan industri. Mari kita jelaskan lebih detail tentang masing-masing jenis:
Komponen Utama Lifeline
Komponen-komponen utama lifeline adalah unsur-unsur kunci yang bekerja bersama-sama untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada pekerja yang menggunakan lifeline. Berikut penjelasan tentang masing-masing komponen:

Penerangan yang buruk bukan berati yang gelap. Namun penerangan yang baik ditempat kerja adalah yang tidak menyilaukan, yang tidak berkedip, yang tidak menimbulkan bayangan kontras dan tidak menimbulkan panas. Biasanya intensitas pencahayaan dinyatakan dalam satuan Lux.
Dalam bekerja tentunya pencahayaan ini sangat penting, sehingga dalam regulasi pemerintah telah dibuatkan standarisasi berkaitan tingkat pencahayaan untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. Misalnya untuk penerangan di halaman dan jalan standar yang ditetapkan pemerintah yaitu setidaknya 20 lux.
Atau untuk pekerjaan yang sifatnya mengerjakan bahan-bahan yang kasar, atau pergudangan untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar setidaknya perlu 50 lux. Semakin teliti maka semakin tinggi juga intensitas yang diperlukan namun tetap ada batasannya. Karena pencahayaan yang terlalu terang juga bisa membahayakan.
Penerangan yang buruk atau yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya akan menimbulkan risiko pada pekerja seperti kelelahan mata, berkurangannya kemampuan mampu hingga kerusakan indera mata.
Di beberapa kondisi, penerangan yang buruk juga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu penting memastikan bahwa kita bekerja dengan penerangan yang baik. Aturan terkait pencahayaan bisa dilihat di Permenaker no 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja (halaman 61)

