Loading...
Mempersiapkan pengalaman terbaik untuk Anda
Ketika menerima karyawan, tanggung jawabmu sebagai HR bukan hanya melakukan onboarding. Akan tetapi, proses offboarding juga harus diterapkan. Ya, proses pengakhiran kerja ini biasanya dilakukan jika ada karyawan yang ingin resign.
Ia biasanya menjadi salah satu bagian utama dari proses pengakhiran kerja, yang dimulai dengan tahap exit interview. Mungkin sekarang inisiatif ini telihat sepele dan tak penting. Namun, tanpa disadari penerapannya krusial untuk menjaga hubungan dengan bekas karyawan yang bertalenta.
Nah, dalam artikel berikut ini, GajiGesa akan membahas lebih dalam mengenai serba-serbi proses offboarding yang wajib diketahui HR. Yuk, langsung simak selengkapnya di bawah ini!
Apa Itu Offboarding Karyawan?
Offboarding karyawan adalah langkah formal yang diambil tim HR ketika seorang karyawan akan perusahaan. Tindakan ini dilaksanakan setelah karyawan mengajukan pengunduran diri, terjadi pemutusan hubungan kerja, atau ketika mereka memasuki masa pensiun.
Menurut Blissfully, proses pengakhiran kerja ini terdiri dari tahap transfer pengetahuan, menonaktifkan akses akun dan software, pengambilan kembali peralatan yang diberikan oleh kantor, dan exit interview.
Tujuan dari proses tersebut adalah memastikan bahwa karyawan yang terlibat tidak lagi memiliki akses pada akun atau informasi perusahaan. Hal ini sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan data dan masalah lain yang tidak diinginkan.
Perbedaan Offboarding dan Onboarding Karyawan
Menurut Bamboo HR, offboarding dan onboarding karyawan adalah dua hal yang serupa, tetapi memiliki perbedaan yang signifikan. Onboarding dilakukan pada hari pertama karyawan bekerja di perusahaan untuk memperkenalkannya dengan semua aspek penting kantor sebelum memulai pekerjaan.
Sementara itu, offboarding dilakukan pada hari terakhir sebelum karyawan meninggalkan kantor. Dalam kegiatan ini, perusahaan akan memastikan bahwa prosesnya berjalan dengan baik dan lancar.
Kedua proses tersebut akan melibatkan langkah-langkah yang telah ditentukan oleh perusahaan, dan biasanya dikelola oleh tim HR. Namun, perlu dicatat bahwa proses pengakhiran kerja ini cenderung lebih bersifat tertutup dibandingkan dengan onboarding karyawan.
Mengapa Proses Pengakhiran Kerja Penting untuk Dilakukan?
Proses pengakhiran kerja itu sangat penting, tidak hanya bagi departemen HR perusahaan, tetapi juga bagi karyawan itu sendiri.
Sebelum meninggalkan kantor, proses ini akan membimbing karyawan melalui serangkaian langkah standar agar dapat meninggalkan perusahaan tanpa masalah di masa depan.
Dalam proses tersebut, exit interview merupakan salah satu tahap yang harus kamu lakukan. Sebab, perusahaan akan mendapatkan feedback untuk bisa meningkatkan lingkungan dan sistem bagi karyawan yang bekerja di perusahaan.
5 Alur Proses Offboarding Karyawan
1. Komunikasi
Karyawan yang ingin resign harus memberitahukan manajernya terlebih dahulu. Kemudian, mereka perlu menyertakan surat pengunduran diri dan kamu sebagai HR harus memastikan bahwa karyawan tersebut mengajukannya dengan pemberitahuan sesuai one month notice.
Setelah itu, manajer harus menginformasikan hal ini kepada HR agar dapat diteruskan ke pihak-pihak terkait lainnya.
2. Dokumentasi
Setelah pengunduran diri disetujui, langkah berikutnya dalam proses offboarding karyawan adalah penandatanganan dokumen-dokumen tertentu, seperti surat pengunduran diri, perjanjian nonkompetisi, dan lain-lain.
Hal ini penting agar perusahaan dapat mengeluarkan gaji terakhir karyawan dan memastikan dokumen pajak tertangani dengan baik.
3. Transfer pengetahuan
Penting bagi karyawan yang hendak resign untuk membagikan pengetahuan tentang tugas-tugas sehari-hari mereka dan hal-hal yang masih perlu diselesaikan.
Dengan cara ini, tim lain dapat merencanakan redistribusi tugas. Selain itu, manajer juga dapat mempertimbangkan rencana untuk pengganti karyawan di posisi tersebut.
4. Exit interview
Exit interview adalah kesempatan bagi Anda untuk memberikan masukan jujur tentang perusahaan, rekan kerja, atasan, dan lainnya.
5. Pengambilan kembali aset
Jika ada barang-barang yang karyawan tinggalkan di kantor, saatnya kamu meminta mereka untuk mengambilnya kembali. Sebagai contoh, jika ijazah karyawan masih ditahan oleh perusahaan, pastikan kamu kembalikan.
Selain itu, jika perusahaan telah memberikan peralatan kerja, seperti laptop, pastikan untuk minta mereka mengembalikannya.
sumber: gajigesa
Dalam dunia industri, keselamatan merupakan hal yang tak bisa diabaikan. Lifeline, atau tali pengaman safety, menjadi salah satu alat penting dalam menjaga keselamatan para pekerja, terutama di lingkungan kerja yang tinggi atau berbahaya. Dan Lifeline bukan hanya sekadar tali biasa, tetapi sebuah sistem pengaman yang dirancang untuk menahan atau menopang beban serta mengamankan pekerja dari jatuh atau tergelincir.
Pengertian Lifeline
Lifeline merupakan tali yang menjadi bagian integral dari sistem keselamatan yang dirancang untuk melindungi pekerja di lingkungan kerja yang memerlukan perlindungan dari jatuh atau tergelincir. Bahan yang digunakan untuk membuat lifeline biasanya dipilih karena kekuatan dan ketahanannya terhadap tekanan dan keausan, seperti nilon yang kuat atau baja tahan lama. Namun, selain kekuatan materi, desain lifeline juga memperhitungkan fleksibilitas agar pengguna dapat bergerak dengan relatif bebas tanpa mengorbankan keamanan.
Attachment point pada lifeline menjadi komponen kunci yang memungkinkan pengguna terhubung ke anchor point dengan aman. Anchor point biasanya dipasang pada struktur yang stabil dan kuat, seperti dinding beton atau tiang baja, untuk memastikan bahwa lifeline dapat menahan beban pengguna dengan efektif. Pemasangan attachment point dan anchor point harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan panduan keselamatan yang berlaku, serta mempertimbangkan faktor-faktor seperti beban maksimum yang akan ditanggung oleh lifeline dan posisi pengguna saat bekerja.
Dalam situasi darurat, lifeline menjadi jaminan bagi keselamatan pekerja. Ketika terjadi kejadian tak terduga seperti jatuh atau tergelincir, lifeline akan mencegah pengguna jatuh ke bawah dengan menahan beban tubuhnya. Oleh karena itu, penggunaan lifeline tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan, tetapi juga memberikan kepercayaan diri ekstra bagi pekerja yang harus beroperasi di ketinggian atau lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya.
Fungsi Lifeline
Lifeline memiliki beberapa fungsi utama yang mendukung keselamatan dan efisiensi di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya:
Manfaat Lifeline
Penggunaan lifeline dalam lingkungan kerja membawa berbagai manfaat yang signifikan bagi keselamatan dan produktivitas:
Manfaat menggunakan lifeline sangat besar, tidak hanya bagi keselamatan pekerja tetapi juga bagi keselamatan keseluruhan di tempat kerja. Penggunaan lifeline dapat mengurangi risiko kecelakaan serius atau fatal yang bisa terjadi jika pekerja jatuh dari ketinggian.
Selain itu, dengan meningkatkan keselamatan kerja, penggunaan lifeline juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan kecelakaan kerja, seperti biaya medis, kompensasi pekerja, atau penundaan proyek. Dengan demikian, lifeline bukan hanya merupakan alat pengaman individual, tetapi juga merupakan investasi penting untuk keselamatan dan kesejahteraan pekerja serta kelangsungan bisnis.
Jenis-Jenis Lifeline
Terdapat empat jenis utama lifeline yang digunakan dalam berbagai aplikasi keselamatan dan industri. Mari kita jelaskan lebih detail tentang masing-masing jenis:
Komponen Utama Lifeline
Komponen-komponen utama lifeline adalah unsur-unsur kunci yang bekerja bersama-sama untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada pekerja yang menggunakan lifeline. Berikut penjelasan tentang masing-masing komponen:
Keselamatan tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pengelola proyek untuk memastikan bahwa semua pekerja dilengkapi dengan lifeline yang sesuai dan mendapat pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan aman.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, di mana setiap pekerja dapat bekerja dengan damai dan produktif, tanpa khawatir akan risiko yang tidak perlu.
Memilih lifeline yang tepat adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan serius terhadap beberapa faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih lifeline:
Tips Menggunakan Lifeline dengan Aman
Menggunakan lifeline dengan aman adalah kunci untuk menjaga keselamatan di tempat kerja yang melibatkan pekerjaan di ketinggian. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menggunakan lifeline dengan aman:
Penerangan yang buruk bukan berati yang gelap. Namun penerangan yang baik ditempat kerja adalah yang tidak menyilaukan, yang tidak berkedip, yang tidak menimbulkan bayangan kontras dan tidak menimbulkan panas. Biasanya intensitas pencahayaan dinyatakan dalam satuan Lux.
Dalam bekerja tentunya pencahayaan ini sangat penting, sehingga dalam regulasi pemerintah telah dibuatkan standarisasi berkaitan tingkat pencahayaan untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. Misalnya untuk penerangan di halaman dan jalan standar yang ditetapkan pemerintah yaitu setidaknya 20 lux.
Atau untuk pekerjaan yang sifatnya mengerjakan bahan-bahan yang kasar, atau pergudangan untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar setidaknya perlu 50 lux. Semakin teliti maka semakin tinggi juga intensitas yang diperlukan namun tetap ada batasannya. Karena pencahayaan yang terlalu terang juga bisa membahayakan.
Penerangan yang buruk atau yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya akan menimbulkan risiko pada pekerja seperti kelelahan mata, berkurangannya kemampuan mampu hingga kerusakan indera mata.
Di beberapa kondisi, penerangan yang buruk juga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu penting memastikan bahwa kita bekerja dengan penerangan yang baik. Aturan terkait pencahayaan bisa dilihat di Permenaker no 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja (halaman 61)