Pembersihan Kaca Gedung Menggunakan Rope Access: Ketahui Manfaat dan Tekniknya!
Safety K3

Pembersihan Kaca Gedung Menggunakan Rope Access: Ketahui Manfaat dan Tekniknya!

09 Juni 2024

Pembersih kaca gedung merupakan tugas yang penting dalam mempertahankan kebersihan dan penampilan estetika gedung. Namun, gedung-gedung tinggi dan struktur yang sulit dijangkau seringkali menjadi tantangan dalam menjalankan pekerjaan ini.

Di sinilah teknik rope access masuk sebagai solusi yang efisien dan aman. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi penggunaan rope access dalam pembersihan kaca gedung, dan bagaimana teknik ini meningkatkan efisiensi dan keamanan.

Pengertian Rope Access

Rope access adalah metode akses yang melibatkan penggunaan tali, peralatan pengaman, dan teknik khusus untuk mengakses dan bekerja di area yang sulit dijangkau, termasuk pembersihan kaca gedung. Metode ini melibatkan tim pekerja yang terlatih dan berpengalaman dalam menggunakan tali pengaman dan peralatan khusus untuk mencapai area yang tinggi atau sulit dijangkau dengan efisiensi dan keamanan yang tinggi.

Manfaat Membersihkan Kaca Gedung Menggunakan Rope Access

1. Efisiensi Waktu Pengerjaan

Salah satu Manfaat utama menggunakan rope access dalam pembersihan gedung adalah efisiensi waktu, pengerjaannya lebih cepat dibandingkan dengan metode tradisional seperti penggunaan tangga, lift, atau scaffolding.

2. Menghemat Biaya Pengoperasian

Selain itu, dengan menggunakan teknik rope access, biaya operasional dapat dikurangi. Rope access menghilangkan kebutuhan akan struktur fisik tambahan seperti scaffolding atau tangga yang memakan biaya dan waktu dalam persiapan.

3. Keselamatan yang Unggul

Keselamatan adalah aspek utama dalam pembersihan kaca gedung, mengingat risiko tinggi yang terlibat dalam pekerjaan tersebut. Dengan menggunakan rope access, para pekerja dilatih secara khusus untuk bekerja di ketinggian dan menghadapi situasi darurat dengan bijaksana.

4. Kemampuan Akses ke Area Sulit

Salah satu keunggulan rope access adalah kemampuannya untuk mencapai area yang sulit dijangkau oleh metode lain. Pekerja dapat mengakses sisi bangunan yang tersembunyi atau terhalang oleh struktur lain.

5. Efisiensi Kerja yang Tinggi

Dengan rope access, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pembersihan dapat dikurangi secara signifikan. Pekerja yang terlatih dengan baik dapat bergerak dengan cepat dan efisien di sepanjang permukaan kaca gedung, tanpa harus mendirikan peralatan besar seperti perancah atau lift eksternal. Ini meminimalkan gangguan pada aktivitas sehari-hari di gedung dan mengoptimalkan waktu pembersihan.

6. Ramah Lingkungan

Dibandingkan dengan menggunakan perancah atau lift eksternal, metode ini mengurangi konsumsi energi karena tidak memerlukan penggunaan sumber daya tambahan. Selain itu, karena pekerja dapat mencapai seluruh area dengan lebih mudah, hal ini mengurangi kebutuhan untuk membersihkan ulang area yang terlewatkan.

7. Fleksibilitas dan Keterjangkauan Biaya

Metode rope access adalah salah satu alternatif pembersihan kaca gedung yang paling terjangkau. Peralatan yang diperlukan relatif sederhana dibandingkan dengan metode lain seperti perancah atau lift eksternal. Biaya perawatan dan penggantian peralatan juga lebih rendah. Selain itu, pekerjaan pembersihan yang cepat dan efisien berarti waktu kerja yang lebih singkat, yang berarti penghematan biaya tenaga kerja.

Teknik Rope Access Untuk Membersihkan Gedung

Pekerjaan membersihkan kaca gedung adalah salah satu pekerjaan paling berbahaya karena kamu akan membersihkan kaca luar gedung yang memiliki ketinggian hingga di atas 20 meter.

Maka dari itu untuk melakukan pekerjaan tersebut kamu membutuhkan perencanaan, persiapan, teknik rope access yang tepat, dan yang paling terpenting adalah sertifikat pelatihan TKPK. Nah, di sini saya akan kasih tahu ke kamu mulai dari persiapan hingga teknik rope access yang tepat.

Perencanaan Pembersihan Kaca Gedung

1. Evaluasi risiko dan identifikasi bahaya potensial: Evaluasi risiko merupakan langkah penting sebelum memulai pembersihan kaca gedung. Pekerja rope access perlu mengidentifikasi bahaya potensial seperti kondisi cuaca buruk, gangguan lingkungan, atau kehadiran benda tumpahan di sekitar area kerja. Dengan mengevaluasi risiko, langkah-langkah pencegahan yang sesuai dapat diambil untuk menjaga keamanan pekerja.

2. Penentuan peralatan dan persiapan yang tepat: Memilih peralatan yang tepat adalah kunci untuk meningkatkan efisiensi. Pekerja rope access harus mempertimbangkan alat pembersih kaca yang efektif, seperti alat sikat atau alat vakum, yang sesuai dengan ukuran dan jenis kaca gedung yang akan dibersihkan. Persiapan lainnya meliputi pengadaan tali pengaman, sabuk pengaman, helm, dan perlengkapan pelindung diri lainnya.

3. Perencanaan kerja yang efisien: Untuk meningkatkan efisiensi, perencanaan kerja yang matang sangat penting. Ini melibatkan pengaturan urutan kerja yang efisien, alokasi waktu yang tepat, dan koordinasi yang baik antara anggota tim. Pekerja rope access perlu mengorganisir pekerjaan sedemikian rupa sehingga mereka dapat bekerja dengan lancar dan efisien, menghindari tumpang tindih tugas, dan memaksimalkan produktivitas.

Persiapan Pribadi dan Tim Yang Matang

1. Persyaratan keahlian dan pelatihan: Pekerja rope access harus memiliki pelatihan khusus dalam teknik rope access dan memahami prinsip-prinsip keselamatan yang terkait. Pelatihan ini meliputi penggunaan peralatan, teknik penjagaan diri, pemahaman tentang prosedur evakuasi darurat, dan penanganan situasi darurat lainnya. Keahlian ini akan memastikan bahwa pekerja rope access dapat bekerja dengan aman dan efisien.

2. Penggunaan peralatan pengamanan dan perlindungan diri: Keselamatan pribadi adalah prioritas utama dalam pekerjaan rope access. Pekerja harus menggunakan peralatan pengaman seperti tali pengaman, sabuk pengaman, dan helm yang sesuai. Selain itu, penggunaan perlengkapan pelindung diri seperti sarung tangan, kacamata pelindung, dan sepatu bot yang memadai juga penting untuk melindungi pekerja dari cedera.

3. Komunikasi yang efektif dalam tim: Komunikasi yang jelas dan efektif adalah kunci dalam pekerjaan rope access. Pekerja harus mampu berkomunikasi secara verbal dan visual dengan anggota tim lainnya untuk memastikan keselamatan dan koordinasi yang baik. Komunikasi yang efektif memungkinkan tim untuk mengoordinasikan tugas, mengatasi tantangan yang mungkin timbul, dan menjalankan pembersihan kaca gedung dengan efisiensi maksimal.

Teknik Rope Access Yang Tepat

1. Double Rope System: Teknik double rope system atau sistem tali ganda adalah dasar dari teknik rope access. Para pekerja menggunakan dua tali yang terpasang pada titik pengamanan yang kuat di atas gedung. Tali pertama digunakan sebagai tali kerja, sementara tali kedua adalah tali cadangan yang berfungsi sebagai langkah keselamatan tambahan.

2. Rope Descending: Teknik rope descending adalah teknik menuruni gedung menggunakan perangkat khusus. Para pekerja dapat mengatur kecepatan penurunan dengan aman sehingga dapat bekerja secara efisien di sepanjang permukaan kaca gedung.

3. Rope Ascending: Teknik rope ascending adalah teknik untuk mendaki kembali ke atas gedung setelah selesai melakukan pembersihan. Para pekerja dapat menggunakan alat khusus untuk mendaki tali dengan nyaman dan aman.

4. Work Positioning: Teknik work positioning memungkinkan para pekerja untuk bekerja dengan nyaman dan stabil di lokasi kerja. Peralatan seperti sabuk dan alat pengaman lainnya digunakan untuk memposisikan diri dengan tepat sehingga dapat mencapai area pembersihan dengan mudah.

5. Rescue Techniques: Selain teknik pembersihan, para pekerja rope access juga dilatih dalam teknik penyelamatan darurat. Mereka terlatih untuk merespons situasi darurat dengan cepat dan efisien, memastikan keselamatan mereka dan keselamatan rekan kerja.

Kesimpulan

Teknik rope access adalah metode pembersihan kaca gedung yang efektif, efisien, dan aman. Dengan menggunakan teknik ini, pembersihan kaca gedung dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat, tanpa mengorbankan keselamatan pekerja. Metode ini memungkinkan akses ke area-area sulit dijangkau dan mengoptimalkan produktivitas pembersihan.

Artikel Lainnya

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya
Safety K323 September 2024

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

Peran klasifikasi area berbahaya sangat penting dalam pencegahan kecelakaan karena memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas keselamatan dengan lebih efektif. Dengan mengetahui klasifikasi tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti menyusun prosedur keselamatan yang tepat dan menyediakan pelatihan kepada pekerja.

Selain itu, pengetahuan akan klasifikasi area berbahaya juga dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di lingkungan kerja mereka, sehingga membantu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, pemahaman akan klasifikasi area berbahaya menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.

Klasifikasi area berbahaya tersebut mencakup berbagai tingkat risiko dan karakteristik yang berbeda. Ini penting untuk memastikan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap klasifikasi:

  1. Area Berbahaya Tertutup
    Area dengan risiko tinggi yang hanya boleh diakses oleh personel yang berwenang dan terlatih. Contoh termasuk ruang mesin yang berbahaya atau area dengan bahan kimia beracun.
  2. Area Berbahaya Terbatas
    Area dengan risiko sedang yang memerlukan izin khusus untuk masuk dan harus mengikuti prosedur keselamatan yang ditetapkan. Ini mungkin mencakup area yang mengandung mesin bergerak atau bahan kimia berbahaya yang tidak seaman area tertutup.
  3. Area Berbahaya Umum
    Area dengan risiko rendah yang dapat diakses oleh semua orang, tetapi tetap memerlukan kewaspadaan dan kepatuhan terhadap rambu-rambu keselamatan. Contohnya adalah area kerja umum di sebuah pabrik yang memiliki potensi bahaya seperti jalan raya di dalam pabrik atau area penyimpanan bahan kimia yang aman.
  4. Area Bahaya Tersembunyi
    Area dengan bahaya yang tidak terlihat, seperti paparan radiasi, bahan kimia berbahaya, atau bahaya ergonomis. Contohnya adalah ruang bawah tanah yang mungkin memiliki gas beracun atau ruang yang terpapar radiasi tanpa peralatan pelindung yang tepat.
  5. Area Berbahaya Sementara
    Area dengan bahaya yang muncul sementara, seperti pekerjaan konstruksi atau pemeliharaan. Contohnya adalah area yang sedang direnovasi di dalam sebuah gedung atau lokasi pembangunan jalan.
  6. Area Berbahaya Berkelanjutan
    Area dengan bahaya yang permanen, seperti area dengan ketinggian, mesin bergerak, atau bahan kimia berbahaya yang tersimpan. Contohnya adalah area produksi di pabrik dengan mesin bergerak yang beroperasi secara terus-menerus atau gudang penyimpanan bahan kimia yang memiliki risiko kebocoran atau tumpahan.

Tindakan Pencegahan untuk Masing-Masing Klasifikasi Area Berbahaya

Tindakan pencegahan untuk setiap klasifikasi area berbahaya dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengendalikan risiko potensial yang terkait dengan area tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih rinci untuk masing-masing klasifikasi:

  1. Area Berbahaya Tertutup:
    • Memasang signage peringatan yang jelas: Signage harus mencakup informasi tentang bahaya yang ada di area tersebut untuk memperingatkan orang agar berhati-hati.
    • Membatasi akses dengan kunci atau sistem keamanan: Ini bertujuan untuk memastikan bahwa hanya orang yang berwenang yang dapat memasuki area tersebut.
    • Memberikan pelatihan khusus kepada personel yang berwenang: Pelatihan harus mencakup pemahaman tentang bahaya yang terkait dengan area tersebut, serta prosedur keselamatan yang harus diikuti.
  2. Area Berbahaya Terbatas:
    • Memasang signage peringatan: Sebagai tanda peringatan bagi semua orang yang masuk ke area tersebut.
    • Menerapkan sistem izin masuk: Untuk memastikan bahwa hanya orang yang memenuhi syarat yang dapat memasuki area tersebut.
    • Menyediakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai: Memastikan bahwa pekerja dilengkapi dengan APD yang sesuai dengan risiko di area tersebut.
    • Melakukan pengawasan ketat: Untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan dan penggunaan APD.
  3. Area Berbahaya Umum:
    • Memasang signage peringatan: Untuk meningkatkan kesadaran pekerja dan pengunjung terhadap bahaya potensial di area tersebut.
    • Memberikan edukasi dan pelatihan keselamatan kepada pekerja: Untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang bahaya dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
    • Menerapkan prosedur keselamatan yang jelas: Agar semua orang tahu apa yang diharapkan dari mereka dalam hal keselamatan di area tersebut.
    • Melakukan inspeksi rutin: Untuk memastikan bahwa area tetap aman dan memperbarui tanda peringatan jika diperlukan.
  4. Area Bahaya Tersembunyi:
    • Melakukan identifikasi dan penilaian bahaya: Untuk mengetahui risiko yang terkait dengan area tersebut.
    • Memasang signage peringatan: Agar orang menyadari adanya bahaya yang mungkin tidak terlihat.
    • Menerapkan kontrol teknik dan administratif: Seperti isolasi peralatan berbahaya atau penjadwalan kerja yang aman.
    • Menyediakan APD yang sesuai: Untuk melindungi pekerja dari bahaya yang tersembunyi.
  5. Area Berbahaya Sementara:
    • Memasang signage peringatan: Untuk memperingatkan orang tentang bahaya yang mungkin hadir di area tersebut.
    • Membatasi akses dengan barikade atau sistem keamanan: Untuk mencegah orang masuk tanpa izin.
    • Memberikan pelatihan khusus kepada pekerja yang terlibat: Agar mereka memahami risiko yang terkait dengan pekerjaan sementara dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
    • Melakukan pengawasan ketat: Untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan.
  6. Area Berbahaya Berkelanjutan:
    • Memasang signage peringatan: Agar orang menyadari bahaya yang ada dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.
    • Menerapkan sistem kontrol teknik: Seperti guardrails atau interlock devices untuk mengurangi risiko.
    • Menyediakan APD yang sesuai: Untuk melindungi pekerja dari bahaya yang ada di area tersebut.
    • Melakukan inspeksi rutin dan pemeliharaan berkala: Untuk memastikan sistem keselamatan tetap berfungsi dengan baik dan area tetap aman dari bahaya.
Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?
Safety K326 Agustus 2024

Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kebakaran dengan mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung. Namun, tidak hanya memeriksa struktur bangunan itu sendiri, tapi isi bangunan, tata letak, dan penggunaan bangunan. Bagaimana penggunaan bangunan tersebut mempengaruhi risiko kebakaran? Berapa banyak orang yang ada di dalam gedung? Bagaimana mereka akan selamat jika terjadi kebakaran? Langkah apa yang harus diambil untuk meminimalisir bahaya?

Untuk bisnis atau bangunan umum seperti toko, gedung perkantoran, atau tempat-tempat vital lainnya dan bahkan stasiun bis dan kereta api, perlu dilakukan penilaian risiko kebakaran. Semua properti perlu mendapat penilaian risiko kebakaran. Ini bukan dokumen opsional dan diwajibkan oleh hukum Inggris.

Penilaian Resiko Kebakaran adalah proses yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap faktor-faktor yang menentukan bahaya kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan terjadi, dan konsekuensinya jika terjadi.

5 langkah untuk Penilaian Risiko:

  1. Identify fire hazards
  2. Identify people at risk
  3. Evaluate, Remove, Reduce and Protect from risk
  4. Record, Plan, Inform, Instruct and Train
  5. Review and Evaluate

Penting untuk diingat bahwa Penilaian Resiko Kebakaran Anda harus menunjukkan bahwa sejauh masuk akal, Anda telah mempertimbangkan kebutuhan semua orang yang relevan termasuk penyandang cacat, atau gangguan yang dapat mengurangi pelarian mereka dari tempat tersebut.

Tapi mengapa perlu penilaian risiko kebakaran?

Alasannya adalah bahwa penilaian risiko kebakaran diperlukan karena diatur dalam Regulatory Reform (Fire Safety) Order 2005. Di Indonesia Penerapan FRA ini dapat mengacu kepada standar National Fire Protection Association (NFPA) dan juga peraturan lokal seperti PerMen PU No. 26 Tahun 2008. Pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun minimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif.

Secara sederhana, peraturan tersebut menyatakan bahwa penilaian risiko kebakaran harus dilakukan, namun juga mencantumkan berbagai persyaratan lainnya seperti: siapa yang dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kebakaran, bagaimana prosedur dalam tanggap darurat dan untuk wilayah rawan bahaya, bagaiamana memberikan sosialisasi kepada setiap karyawan sehingga karyawan mampu menyelamatkan diri, dan informasi apa yang harus diberikan kepada karyawan.

Penting untuk dipahami bahwa kegagalan mematuhi Regulasi (Keselamatan Kebakaran) atau kelalaian yang menyebabkan kebakaran pada orang lain dapat dituntut secara pidana kurungan paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama setahun menurut pasal 188 KUHP. Dalam beberapa kasus, pihak yang bersalah berakhir dengan hukuman penjara.

Penting untuk dicatat bahwa undang-undang meminta penilaian risiko agar ‘sesuai’ dan ‘cukup’. Masalahnya adalah bahwa ada tingkat interpretasi di sini: apa yang mungkin cocok untuk satu properti tentu tidak akan sesuai untuk yang lain. Inilah sebabnya mengapa penting untuk menyesuaikan penilaian risiko kebakaran di masing-masing lokasi, serta untuk memperbarui dan meninjau penilaian saat dan kapan perubahan terjadi, seperti saat ruangan dipindahkan, orang-orang di bangunan tersebut berubah (terutama jika terdapat anak-anak atau orang cacat atau lanjut usia).

Siapa pun dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, asalkan dianggap ‘kompeten’, namun baru-baru ini ditemukan bahwa banyak pemilik bisnis tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menyelesaikan penilaian risiko tanpa bantuan. Masalahnya muncul ketika orang yang melakukan penilaian risiko kebakaran tidak memiliki pengalaman dan kemampuan untuk sepenuhnya menganalisis risiko. Bagaimana jika risiko atau bahaya tidak terjawab?

Tapi bagaimana Anda menemukan penilai risiko yang andal? Jawabannya sederhana: use only verified and certified risk assessors!

Penilaian risiko kebakaran mudah dilakukan, namun sulit dilakukan dengan baik. Hampir semua orang yang memiliki latar belakang di industri kebakaran dapat menjadikan diri mereka sebagai penilai risiko kebakaran yang ‘profesional’. Bahkan ada ratusan perusahaan yang mengaku sebagai ‘expert’ risk assessors, namun tanpa ada bukti nyata seperti tidak memiliki sertifikat.

Mengenal Jenis Lifeline dan Komponen Utama Lifeline
Safety K316 September 2024

Mengenal Jenis Lifeline dan Komponen Utama Lifeline

Manfaat menggunakan lifeline sangat besar, tidak hanya bagi keselamatan pekerja tetapi juga bagi keselamatan keseluruhan di tempat kerja. Penggunaan lifeline dapat mengurangi risiko kecelakaan serius atau fatal yang bisa terjadi jika pekerja jatuh dari ketinggian.

Selain itu, dengan meningkatkan keselamatan kerja, penggunaan lifeline juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan kecelakaan kerja, seperti biaya medis, kompensasi pekerja, atau penundaan proyek. Dengan demikian, lifeline bukan hanya merupakan alat pengaman individual, tetapi juga merupakan investasi penting untuk keselamatan dan kesejahteraan pekerja serta kelangsungan bisnis.

Jenis-Jenis Lifeline

Terdapat empat jenis utama lifeline yang digunakan dalam berbagai aplikasi keselamatan dan industri. Mari kita jelaskan lebih detail tentang masing-masing jenis:

  1. Lifeline Statis
    Lifeline statis adalah jenis lifeline yang terpasang secara permanen pada anchor point tertentu. Lifeline ini biasanya digunakan dalam aplikasi climbing dan rescue di mana pekerja atau penyelamat perlu terikat pada titik tetap untuk mengamankan diri atau melakukan penyelamatan. Contoh dari lifeline statis mencakup single-leg lifeline, yang terdiri dari satu tali yang terhubung ke anchor point, serta double-leg lifeline, yang memiliki dua tali untuk meningkatkan keamanan.
  1. Lifeline Dinamis
    Lifeline dinamis memiliki fungsi shock absorber yang dapat meredam energi benturan saat terjadi jatuh. Ini membuatnya sangat cocok untuk aplikasi climbing dan industrial di mana risiko jatuh besar. Contoh dari lifeline dinamis mencakup single-leg lifeline dan double-leg lifeline dengan fungsi shock absorber yang disematkan. Saat terjadi jatuh, shock absorber pada lifeline dinamis akan mengurangi gaya yang bekerja pada tubuh pekerja, sehingga mengurangi risiko cedera serius.
  1. Lifeline Horizontal
    Lifeline horizontal dipasang untuk memberikan jalur horizontal yang aman bagi pekerja untuk bergerak di atas permukaan tertentu. Lifeline ini sering digunakan dalam aplikasi industrial dan rescue di mana pekerja harus berpindah secara horizontal di atas atap, platform, atau struktur lainnya. Contoh dari lifeline horizontal mencakup single-line lifeline, yang digunakan oleh satu pekerja, dan multi-line lifeline, yang memungkinkan beberapa pekerja untuk terikat pada satu lifeline untuk bekerja bersama-sama.
  1. Lifeline Vertical
    Lifeline vertical dipasang untuk naik atau turun secara vertikal, seperti dalam situasi climbing atau penyelamatan. Lifeline ini umumnya digunakan saat pekerja harus naik atau turun dari gedung tinggi, menara, atau struktur vertikal lainnya. Contoh dari lifeline vertical mencakup single-line lifeline, yang digunakan oleh satu pekerja, serta lifeline vertical dengan desain seperti tangga yang memudahkan pekerja untuk naik atau turun dengan lebih aman dan efisien.

Komponen Utama Lifeline

Komponen-komponen utama lifeline adalah unsur-unsur kunci yang bekerja bersama-sama untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada pekerja yang menggunakan lifeline. Berikut penjelasan tentang masing-masing komponen:

  1. Tali
    Tali adalah bagian utama dari lifeline yang terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama, seperti baja atau serat sintetis yang kuat. Tali ini menjadi tulang punggung dari keseluruhan sistem lifeline dan bertanggung jawab untuk menahan beban pekerja saat terjadi kejadian darurat, seperti jatuh.
  1. Karabiner
    Karabiner adalah alat pengait yang digunakan untuk menghubungkan lifeline ke anchor point atau titik pengait pada harness pekerja. Karabiner haruslah dirancang untuk menahan beban yang tinggi dan memiliki mekanisme penguncian yang aman untuk mencegah kelonggaran yang tidak diinginkan.
  1. Shock absorber
    Shock absorber adalah komponen penting dalam lifeline dinamis yang berfungsi untuk menyerap energi benturan saat terjadi jatuh. Saat pekerja jatuh, shock absorber akan meredam gaya benturan yang bekerja pada tubuh pekerja, mengurangi risiko cedera serius.
  1. Harness
    Harness adalah alat yang dipakai di tubuh pekerja untuk mendukung dan mendistribusikan beban jatuh saat terjadi kejadian darurat. Harness terdiri dari sabuk-sabuk yang melekat di tubuh pekerja dan titik-titik pengait untuk menghubungkan lifeline dan peralatan keselamatan lainnya.
  1. Descent device
    Descent device adalah alat yang digunakan untuk turun secara terkontrol pada lifeline. Alat ini biasanya digunakan dalam situasi penyelamatan atau evakuasi di mana pekerja harus turun dari ketinggian dengan aman dan terkendali.
Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?
Safety K311 Mei 2023

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

Sakit maag merupakan kondisi yang terjadi dimana adanya peningkatan produksi asam lambung yang dapat mengiritasi lambung akibat dari beberapa kebiasaan tidak sehat seperti pola makan tidak teratur, konsumsi makanan pemicu asam lambung, stres, atau berbaring dan berolahraga sesaat setelah makan.
 
Untuk mencegahnya, maka anda perlu mulai menerapkan pola hidup sehat seperti dengan :
  • menjaga berat badan ideal atau meurunkan berat badan jika berlebih
  • meningkatkan frekuensi makan menjadi seperti 5-6 kali sehari dalam porsi sedikit-sedikit dan teratur
  • tidak mengonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus
  • hindari makanan pemicu asam lambung
  • hindari kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • hindari berbaring atau berolahraga sesaat setelah makan
  • kelola stres dengan baik
  • serta mengonsumsi obat antasida atau sukralfat ketika mengalami kekambuhan.

Antasida adalah obat untuk meredakan gejala akibat asam lambung berlebih, seperti nyeri ulu hati, kembung, mual, atau rasa panas di dada. Obat ini bisa digunakan dalam pengobatan sakit maag, penyakit asam lambung (GERD), tukak lambung, atau gastritis.

Antasida (antacid) bekerja dengan cara menetralkan asam lambung sehingga keluhan akibat naiknya asam lambung akan mereda. Obat ini dapat bekerja dalam hitungan jam setelah diminum. Namun, antasida hanya bisa meredakan gejala dan tidak dapat mengobati penyebab meningkatnya asam lambung.

Sukralfat atau sucralfate adalah obat untuk mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, atau gastritis kronis. Sukralfat tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi yang hanya boleh digunakan dengan resep dokter.

Sukralfat bekerja dengan cara menempel di bagian lambung atau usus yang terluka. Obat ini melindungi lukadari asam lambung, enzim pencernaan, dan garam empedu. Dengan begitu, sukralfat mencegah luka menjadi semakin parah dan membantu penyembuhan luka lebih cepat.

Jika nantinya dengan penerapan pola hidup sehat tersebut kekambuhan sakit maag masih sering terjadi dan belum dapat teratasi dengan secara mandiri, maka sebaiknya periksakan diri anda ke dokter penyakit dalam.

sumber : alodokter