Loading...
Mempersiapkan pengalaman terbaik untuk Anda
Kalian sudah tahu cara menghitung kebutuhan perancah pada proyek pembangunan? Sebagai penanggung jawab proyek, kita bertanggung jawab untuk memilih perancah yang tepat untuk pekerjaan yang kita lakukan. Tetapi jika kita melakukan kontrak dengan pihak ketiga, 2 hal ini wajib dilakukan:
Jika Anda akan memilih perancah sendiri, mulailah dengan meninjau persyaratan tertulis (perintah kerja, dll.) Untuk menentukan di mana perancah harus digunakan dan jenis perancah yang dibutuhkan, pastikan perancah memenuhi semua persyaratan. Pertimbangkan bahwa perancah umumnya dinilai dari beban ringan, sedang dan berat.
Di Indonesia, bahan perancah biasanya terbuat dari bambu. Selain lebih murah, bambu juga banyak dipilih karena bersifat tahan gempa. Berkat kemajuan teknologi, kebanyakan perancah saat ini berasal dari tabung atau pipa logam yang dirancang memakai sistem modular.
Dibutuhkan keterampilan dan ketelitian yang cukup tinggi untuk dapat menghitung jumlah kebutuhan perancah dengan benar. Metode yang paling sering digunakan yaitu membuat suatu peta tentang kebutuhan perancah.
Caranya yakni memperhatikan secara cermat gambar bangunan yang akan dipasangi perancah, lalu buatlah rencana ukuran perancah di dalam gambar tersebut. Secara garis besar, luas perancah yang standar berukuran 1,2 x 1,8 m serta tingginya 1,7 m atau menyesuaikan jack-base dan u-head.
Pembangunan Balok dan Plat Lantai
Pada saat membuat perancah di pekerjaan struktur, kita harus mengutamakan perancah di bagian bangunan yang lebih penting. Contohnya jika ingin membuat balok dan plat lantai, maka berikanlah prioritas pertamakali dengan membangun perancah balok terlebih dahulu.
Buatlah peta dan perhitungan kebutuhan perancah tiap masing-masing balok dahulu. Setelah itu, kita bisa melanjutkan pembuatan perancah untuk plat lantai apabila masih tersedia ruang yang cukup. Tetapi jika ruang yang tersisa tidak muat untuk pembuatan perancah, cobalah menggantinya dengan memasang pipa penahan yang sanggup meningkatkan kekuatan struktur perancah.
Langkah selanjutnya kita perlu menaksir ketinggian struktur yang akan dibangun. Dari sini bisa diketahui berapa jumlah tingkat perancah yang dibutuhkan, apakah harus membuat satu, dua, tiga, atau lebih tingkat perancah untuk mendukung proyek pekerjaan pembangunan. Terakhir, hitunglah total kebutuhan perancah yang ada di peta secara keseluruhan.
Pemasangan Bata, Pemlesteran, dan Pengecoran
Jika dibandingkan dengan petunjuk di atas, proses perhitungan kebutuhan perancah pada pekerjaan pemasangan batubata, pemlesteran, dan pengecoran terbilang lebih gampang. Informasi yang diperlukan hanyalah ukuran panjang dan tinggi area yang ingin dipasangi perancah.
Setelah diukur panjang dan tinggi areanya, kemudian masing-masing ukuran tersebut dibagi dengan dimensi perancah. Panjang area dibagi dengan 1,8 m, sedangkan tingginya dibagi dengan 1,7 m. Berikutnya hasil dari masing-masing pembagian tadi saling dikalikan. Nah, hasil dari perkalian inilah yang merupakan jumlah kebutuhan perancah yang kita perlukan.
Setelah mengetahui kebutuhan perancah dalam proyek pembangunan kita, jangan lupakan aspek K3 dari penggunaan perancah dalam proyek pembangunan. Tetap terapkan sistem manajemen K3 di proyek pembangunan agar seluruh aset yang kita investasikan di proyek pembangunan, termasuk para pekerja, dapat terhindar dari kecelakaan dan kerugian yang besar.
Selain penerapan SMK3 di proyek, kita juga harus memastikan setiap orang yang bekerja menggunakan perancah mulai dari para teknisi perancah, pekerja yang akan bekerja di ketinggian, hingga para supervisi perancah atau para pengawas, memiliki kompetensi mempuni.
Dalam menjaga keselamatan di lingkungan kerja berpotensi berbahaya, lifeline merupakan alat yang sangat penting. Dengan memilih dan menggunakan lifeline yang tepat, pekerja dapat bekerja dengan lebih percaya diri dan aman di ketinggian, mengurangi risiko jatuh bebas dan cedera yang serius. Namun, keselamatan tidak hanya tergantung pada pemilihan lifeline yang sesuai, tetapi juga pada pemahaman dan penggunaan yang benar oleh para pekerja.
Pentingnya kesadaran dan pelatihan dalam penggunaan lifeline tidak boleh diabaikan. Para pekerja perlu diberikan pemahaman mendalam tentang cara menggunakan lifeline dengan benar, termasuk cara memasangnya, mengaitkan diri dengan benar, dan melakukan inspeksi rutin untuk memastikan kondisi lifeline tetap optimal. Hal ini akan memastikan bahwa lifeline dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam situasi darurat dan memberikan perlindungan maksimal bagi para pekerja.
Lifeline adalah alat penting yang digunakan dalam berbagai industri untuk melindungi keselamatan para pekerja di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya. Beberapa contoh penggunaan lifeline meliputi:
Tips Memilih Lifeline yang Tepat
Ketika memilih lifeline, ada beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan agar memastikan keselamatan dan kinerja optimal. Berikut adalah beberapa tips dalam memilih lifeline yang tepat:
Penerangan yang buruk bukan berati yang gelap. Namun penerangan yang baik ditempat kerja adalah yang tidak menyilaukan, yang tidak berkedip, yang tidak menimbulkan bayangan kontras dan tidak menimbulkan panas. Biasanya intensitas pencahayaan dinyatakan dalam satuan Lux.
Dalam bekerja tentunya pencahayaan ini sangat penting, sehingga dalam regulasi pemerintah telah dibuatkan standarisasi berkaitan tingkat pencahayaan untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. Misalnya untuk penerangan di halaman dan jalan standar yang ditetapkan pemerintah yaitu setidaknya 20 lux.
Atau untuk pekerjaan yang sifatnya mengerjakan bahan-bahan yang kasar, atau pergudangan untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar setidaknya perlu 50 lux. Semakin teliti maka semakin tinggi juga intensitas yang diperlukan namun tetap ada batasannya. Karena pencahayaan yang terlalu terang juga bisa membahayakan.
Penerangan yang buruk atau yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya akan menimbulkan risiko pada pekerja seperti kelelahan mata, berkurangannya kemampuan mampu hingga kerusakan indera mata.
Di beberapa kondisi, penerangan yang buruk juga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu penting memastikan bahwa kita bekerja dengan penerangan yang baik. Aturan terkait pencahayaan bisa dilihat di Permenaker no 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja (halaman 61)
Keselamatan tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pengelola proyek untuk memastikan bahwa semua pekerja dilengkapi dengan lifeline yang sesuai dan mendapat pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan aman.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, di mana setiap pekerja dapat bekerja dengan damai dan produktif, tanpa khawatir akan risiko yang tidak perlu.
Memilih lifeline yang tepat adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan serius terhadap beberapa faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih lifeline:
Tips Menggunakan Lifeline dengan Aman
Menggunakan lifeline dengan aman adalah kunci untuk menjaga keselamatan di tempat kerja yang melibatkan pekerjaan di ketinggian. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menggunakan lifeline dengan aman:
1. Control Panel Fire Alarm
Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.
Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.
Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.
2. Audible Visual Fire Alarm
Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.
Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.
3. Power Supply
Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.
Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.