Logo
Logo
BerandaPelatihanMidiatamaJadwalInstrukturKarirArtikel
Login
Artikel
Artikel Populer
10 Perbedaan Sertifikasi Ahli K3 Umum BNSP dan Kemnaker RI

10 Perbedaan Sertifikasi Ahli K3 Umum BNSP dan Kemnaker RI

6 Juni -14 Juni 2024, 410 Views

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

6 Juni -14 Juni 2024, 388 Views

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

6 Juni -14 Juni 2024, 365 Views

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

6 Juni -14 Juni 2024, 338 Views

Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik

Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik

6 Juni -14 Juni 2024, 325 Views

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

6 Juni -14 Juni 2024, 321 Views

Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

6 Juni -14 Juni 2024, 313 Views

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline

6 Juni -14 Juni 2024, 299 Views

Artikel Terbaru
Safety K3
Apa Itu Basic Sea Survival?
02 November 2025
Apa Itu Basic Sea Survival?
Safety K3
Apa Itu Emergency Response Plan (ERP)?
28 Oktober 2025
Apa Itu Emergency Response Plan (ERP)?
Safety K3
Cara HIRA Selamatkan Nyawa Pekerja di Sektor Industri
26 Oktober 2025
Cara HIRA Selamatkan Nyawa Pekerja di Sektor Industri
Safety K3
Mengenal Training POP: Pelatihan Wajib Pengawas Pertambangan
24 Oktober 2025
Mengenal Training POP: Pelatihan Wajib Pengawas Pertambangan
Safety K3
7 Pekerjaan yang Harus Dilengkapi dengan Sistem Permit to Work (PTW)
22 Oktober 2025
7 Pekerjaan yang Harus Dilengkapi dengan Sistem Permit to Work (PTW)
Safety K3
Mengapa Stres, Kecemasan, dan Depresi Menyebabkan Kecelakaan Kerja?
20 Oktober 2025
Mengapa Stres, Kecemasan, dan Depresi Menyebabkan Kecelakaan Kerja?
Safety K3
5 Momen Besar yang Menandai Lahirnya Bulan K3 Nasional di Indonesia
18 Oktober 2025
5 Momen Besar yang Menandai Lahirnya Bulan K3 Nasional di Indonesia
Safety K3
Era Kerja Hybrid: Ancaman Baru Bernama Musculoskeletal Disorders (MSDs)
16 Oktober 2025
Era Kerja Hybrid: Ancaman Baru Bernama Musculoskeletal Disorders (MSDs)
1
2
1
2
3
...
56
  1. Home
  2. Artikel

Artikel

Apa Itu Basic Sea Survival?
Safety K3
Apa Itu Basic Sea Survival?

Bekerja di laut memerlukan kesiapan khusus, terutama bagi pekerja di industri Oil & Gas, perkapalan, dan sektor maritim lainnya. Salah satu pelatihan yang wajib diikuti adalah Basic Sea Survival Training, yang melengkapi pekerja dengan keterampilan untuk bertahan hidup di laut.

Pelatihan ini sangat krusial, mengingat risiko tinggi yang dihadapi saat bekerja di offshore. Selain itu, pelatihan ini juga menjadi bagian dari standar keselamatan internasional dan regional yang harus dipenuhi pekerja laut.

Apa Itu Basic Sea Survival?

Basic Sea Survival adalah pelatihan yang mengajarkan keterampilan bertahan hidup di laut, seperti menggunakan jaket pelampung, mengapung, menyelamatkan diri, serta menghadapi kondisi seperti hipotermia. Ini bukan hanya soal teori, tetapi juga praktik langsung di laut.

Pelatihan ini wajib diikuti oleh pekerja di sektor offshore, kru kapal, serta tim penyelamat laut. Selain itu, pelatihan seperti Basic Fire Fighting dan First Aid juga diperlukan untuk mempersiapkan pekerja menghadapi kondisi darurat.

Bahaya di Laut dan Pentingnya Persiapan

Lingkungan laut memang bukan habitat asli manusia. Namun, dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat, kita dapat menghadapi tantangan tersebut. Beberapa kecelakaan yang sering terjadi di laut, seperti Man Overboard, platform runtuh, kebakaran, atau kecelakaan transfer pekerja dari kapal ke platform, dapat diminimalisasi dengan kesiapan yang matang.

Kecelakaan di laut dapat dibagi menjadi dua kategori: controlled dan uncontrolled. Jika ada waktu cukup, evakuasi bisa dilakukan menggunakan alat keselamatan seperti sekoci atau life raft. Namun, jika tidak, melompat ke laut adalah pilihan terakhir.

Teknik Melompat ke Laut yang Aman

Melompat ke laut harus dilakukan dengan teknik yang benar agar mengurangi risiko cedera. Pastikan untuk melompat dari ketinggian yang aman (di bawah 5 meter). Jika dari deck yang lebih tinggi, turunkan diri terlebih dahulu ke level lebih rendah. Pelatihan Basic Sea Survival mengajarkan teknik melompat yang benar untuk menghindari cedera fatal.

Jenis-Jenis Life Jacket (Pelampung)

Dalam pelatihan ini, peserta juga belajar tentang 5 jenis life jacket yang digunakan dalam berbagai kondisi:

  1. Tipe I: Digunakan di offshore, mendukung kepala korban agar tetap di atas air meskipun pingsan.
  2. Tipe II: Digunakan di near shore untuk pengapungan lebih singkat.
  3. Tipe III: Untuk pengapungan cepat dalam situasi darurat.
  4. Tipe IV: Didesain untuk kegiatan olahraga.
  5. Tipe V: Pelampung khusus, seperti yang digunakan di kolam renang.

Teknik Bertahan di Laut

Setelah terjun ke laut, pastikan untuk memilih lokasi pendaratan yang aman. Hindari melompat sejajar dengan arah angin, terutama jika kebakaran yang terjadi di platform. Lakukan lompatan dengan sudut sekitar 30-45 derajat untuk menghindari terjangan api atau serpihan.

Sesaat setelah terjun, peluk erat pelampung dan usahakan posisi tubuh tetap stabil. Berenang menjauhi sumber bahaya, seperti kapal atau platform yang tenggelam. Dalam kondisi ini, penting untuk menghemat tenaga karena faktor kunci bertahan hidup adalah efisiensi, bukan kekuatan fisik.

Menghadapi Bahaya di Laut

Terdapat tiga bahaya utama di laut: tenggelam, paparan elemen alam (seperti sinar matahari atau dinginnya air laut), dan kembali terpapar bahaya awal. Faktor seperti kekuatan fisik, berat badan, dan pakaian yang digunakan dapat membantu meningkatkan peluang bertahan hidup.

Jika terjebak di laut dalam waktu lama, lakukan posisi HELP (Heat Escape Lessening Procedure) untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Jika ada lebih dari satu korban, lakukan posisi HUDDLE untuk saling menghangatkan dan menjaga moral bertahan hidup.

Menghadapi Hypothermia

Hypothermia adalah ancaman serius di laut. Gejala awalnya adalah menggigil, mati rasa, dan kebingungan. Jika mengalami hypothermia, segera lakukan perawatan dengan menghangatkan tubuh korban menggunakan selimut atau tubuh penolong.

Menunggu Bantuan: Lifecraft dan Penyemangat

Lifecraft adalah alat penyelamat standar yang tersedia di kapal atau platform. Setelah terjebak di laut, segera aktifkan lifecraft untuk berlindung. Jangan lupa untuk menjaga posisi lifecraft dengan anchor sea agar tidak terombang-ambing.

Di dalam lifecraft, lakukan organisasi kelompok dengan membagi tugas, dan pastikan untuk selalu menjaga komunikasi. Location adalah langkah penting untuk memberi tahu posisi lifecraft pada tim penyelamat. Gunakan alat pemberitahu lokasi seperti EPIRB dan radar reflector untuk memudahkan tim SAR menemukan lokasi.

Langkah Selanjutnya

Setelah memastikan keselamatan sementara, berfokuslah pada comfort. Gunakan bahan-bahan dari survival kit dan pastikan kondisi fisik tetap terjaga untuk bertahan hidup. Jika ada korban yang meninggal, lakukan diskusi dengan bijak untuk keputusan yang terbaik.

02 November 2025.
Midiatama
Apa Itu Emergency Response Plan (ERP)?
Safety K3
Apa Itu Emergency Response Plan (ERP)?

Setiap detik sangat berarti ketika kebakaran terjadi di lokasi kerja. Tanpa latihan terarah, reaksi spontan karyawan cenderung kacau dan justru memperbesar risiko korban jiwa maupun kerugian aset.

Kesadaran inilah yang membuat fire drill menjadi komponen wajib dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan penanganan keadaan darurat. Melalui simulasi terencana, perusahaan memvalidasi kehandalan alarm, jalur evakuasi, dan koordinasi tim darurat sebelum musibah sungguhan terjadi. 

Dalam artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana skenario Tanggap Darurat (Fire Drill) di perusahaan.

Apa Itu Emergency Response Plan (ERP)?

Banyak organisasi mengira daftar nomor telepon darurat sudah cukup, padahal mereka memerlukan kerangka kerja terpadu. ERP menjawab kebutuhan tersebut dengan menyatukan prosedur teknis, struktur komando, dan rencana pemulihan bisnis dalam satu dokumen hidup.

Secara rinci, ERP memetakan jenis bahaya prioritas, menetapkan tugas peran (Incident Commander, Warden, P3K, dan sebagainya), menetapkan jalur komunikasi ke pemangku kepentingan eksternal, hingga mendefinisikan ambang batas aktivasi tanggap darurat. Revisi berkala dan drill rutin memastikan dokumen ini selalu relevan seiring perubahan fasilitas, teknologi, dan personel.

Pentingnya Emergency Response Plan

Sebelum menyusun skenario fire drill, pekerja perlu memahami mengapa ERP krusial. Tanpa ERP, perusahaan hanya bersandar pada improvisasi ketika krisis, sebuah strategi yang mahal dan berisiko tinggi. Dengan ERP, organisasi mengganti kepanikan dengan prosedur yang teruji.

  • Melindungi Nyawa & Lingkungan
    Prosedur evakuasi terstruktur memperkecil peluang korban jiwa serta mengurangi potensi polusi (asap, limbah kimia) ke lingkungan sekitar.
  • Mengurangi Kerugian Aset & Downtime
    Deteksi dini, isolasi energi, dan reaksi terarah mengurangi radius kerusakan serta mempercepat restart produksi.
  • Memenuhi Regulasi & Standar Audit
    Kepatuhan pada PP 50/2012, ISO 45001, NFPA 600, dan standar pelanggan global memerlukan ERP terdokumentasi dan diuji.
  • Membangun Kepercayaan Pekerja & Mitra Bisnis
    Karyawan merasa aman; klien dan insurer memandang perusahaan lebih layak dipercaya karena risiko sudah dimitigasi.
  • Landasan Continuous Improvement
    Evaluasi drill menghasilkan data kinerja (waktu evakuasi, tingkat kepatuhan) yang menjadi masukan peningkatan SOP dan investasi teknologi.

Implementasi Skenario Tanggap Darurat (Fire Drill) di Perusahaan

1. Mekanisme / Sistem Tanggap Darurat

Perusahaan menerapkan hierarki deteksi berlapis: sensor panas & asap → panel FACP → alarm lokal → notifikasi massal via PA, strobo, dan blast pesan seluler. Panel juga terintegrasi ke clean-agent suppression di ruang listrik kritis dan deluge system pada area penampungan bahan bakar.

Redundansi catu daya UPS memastikan alarm tetap berfungsi saat pemadaman. Seluruh perangkat diuji mingguan dengan lamp test dan inspeksi visual untuk memastikan kesiapan 24/7.

2. Rencana Tanggap Darurat

Struktur komando mengikuti paradigma Incident Command System (ICS). Incident Commander (IC) dari divisi HSE dibantu Evacuation Warden per lantai, First Aid Team bersertifikat, serta Utility Shutdown Crew yang berwenang memutus aliran listrik dan gas.

Dokumen ERP mencakup peta jalur evakuasi berstandar ISO 7010, daftar APAR & hydrant dengan kode lokasi, titik kumpul primer/sekunder, hingga prosedur pemindahan data server ke lokasi disaster-recovery. Semua file digital disimpan di server awan dan kios info K3.

3. Penanggulangan Tanggap Darurat

Begitu sirine berkumandang, Evacuation Warden memandu pekerja ke tangga darurat terdekat, memastikan tak ada yang tertinggal di toilet atau ruang arsip. Tim utilitas mengeksekusi prosedur LoTo untuk mengisolasi panel utama dalam ≤90 detik.

Di muster point, IC melakukan roll-call via aplikasi mobile safety. Data real-time menampilkan siapa yang masih berada di area merah. Petugas P3K melakukan triase korban lalu menyiapkan evakuasi medis. Koordinasi langsung dengan pemadam kebakaran dilakukan via frekuensi radio trunking terdedikasi.

28 Oktober 2025.
Midiatama
Cara HIRA Selamatkan Nyawa Pekerja di Sektor Industri
Safety K3
Cara HIRA Selamatkan Nyawa Pekerja di Sektor Industri

Dalam dunia kerja, keselamatan bukan lagi sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan mutlak. Tidak ada satu pun pekerjaan yang cukup penting hingga harus mengorbankan nyawa atau kesehatan pekerjanya. 

Di sinilah peran HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment) menjadi sangat krusial. Dengan melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko secara sistematis, perusahaan dapat menciptakan tempat kerja yang aman dan produktif. Tapi, apa sebenarnya HIRA itu? Dan kenapa metode ini begitu penting bagi operasional sehari-hari, terutama di sektor industri dan proyek berisiko tinggi?

Apa Itu HIRA?

HIRA adalah singkatan dari Hazard Identification and Risk Assessment, yaitu proses sistematis untuk mengenali potensi bahaya dan menilai tingkat risikonya di lingkungan kerja. Tujuannya adalah untuk menentukan langkah pengendalian yang sesuai sebelum risiko tersebut menyebabkan insiden.

Proses HIRA terdiri dari tiga tahapan utama:

  1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
    mengenali semua potensi sumber bahaya, baik yang bersifat fisik, kimia, biologis, ergonomis, maupun psikososial.
  2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
    menganalisis seberapa besar kemungkinan dan dampak dari setiap bahaya.
  3. Pengendalian Risiko (Risk Control) – merancang dan menerapkan tindakan preventif atau korektif berdasarkan hasil penilaian.

Kenapa HIRA Sangat Penting?

Penerapan HIRA memberikan manfaat yang sangat besar, tidak hanya untuk keselamatan karyawan tetapi juga untuk keberlanjutan bisnis. Berikut alasannya:

  • Mencegah Kecelakaan Kerja
    Dengan mengidentifikasi potensi bahaya sejak awal, perusahaan bisa mencegah terjadinya insiden atau kecelakaan yang merugikan.
  • Memenuhi Kepatuhan Regulasi
    Banyak peraturan nasional dan internasional yang mewajibkan penerapan HIRA, seperti Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Sistem Manajemen K3.
  • Mengurangi Biaya Kerugian
    Insiden kerja dapat menimbulkan biaya besar, baik dari sisi pengobatan, kehilangan jam kerja, hingga kerusakan reputasi.
  • Meningkatkan Budaya Keselamatan
    HIRA mendorong seluruh elemen organisasi untuk lebih sadar akan pentingnya keselamatan kerja.

Kapan dan Siapa yang Harus Melakukan HIRA?

HIRA sebaiknya dilakukan:

  • Sebelum memulai aktivitas baru
  • Saat terjadi perubahan proses kerja atau peralatan
  • Ketika ada insiden atau hampir celaka (near miss)
  • Secara berkala sebagai bagian dari evaluasi sistem K3

HIRA idealnya dilakukan oleh tim yang melibatkan berbagai pihak: HSE Officer, supervisor lapangan, teknisi, dan bahkan pekerja itu sendiri. Pendekatan kolaboratif ini menghasilkan identifikasi bahaya yang lebih komprehensif.

Bagaimana Cara Melakukan HIRA Secara Efektif?

Berikut beberapa tips melakukan HIRA secara optimal:

  • Gunakan lembar HIRA atau form HIRARC yang standar.
  • Kategorikan risiko berdasarkan tingkat keparahan dan kemungkinan.
  • Libatkan pekerja langsung yang paham kondisi lapangan.
  • Prioritaskan pengendalian risiko secara hirarkis: eliminasi, substitusi, rekayasa teknis, administratif, hingga APD.
  • Dokumentasikan dan tindak lanjuti hasil HIRA sebagai dasar pengambilan keputusan.

Peran HIRA dalam Sistem Manajemen K3 Terintegrasi

HIRA merupakan komponen penting dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam pendekatan manajemen terintegrasi seperti ISO 45001, HIRA menjadi dasar dalam perencanaan risiko dan peluang. Dengan melakukan HIRA secara konsisten, organisasi dapat:

  • Mengidentifikasi potensi bahaya sebelum terjadi insiden
  • Menentukan kebijakan dan sasaran K3 berbasis data
  • Menyesuaikan proses kerja dengan prinsip preventif
  • Meningkatkan kepatuhan terhadap standar internasional

Artinya, HIRA tidak bisa dipisahkan dari strategi K3 jangka panjang yang menyeluruh. Tanpa HIRA yang kuat, sistem manajemen K3 akan kehilangan arah dan efektivitasnya.

Tantangan Penerapan HIRA di Lapangan dan Cara Mengatasinya

Meski konsep HIRA terdengar sederhana, praktiknya di lapangan bisa menemui banyak tantangan. Beberapa kendala umum antara lain:

  • Kurangnya kesadaran pekerja terhadap pentingnya pelaporan bahaya
  • Formulir HIRA yang terlalu teknis atau tidak user friendly
  • Waktu pelaksanaan yang terbatas, terutama di proyek yang padat
  • Keterbatasan tenaga ahli K3 untuk melakukan analisis menyeluruh

Solusi untuk tantangan ini antara lain:

  • Melatih seluruh pekerja tentang HIRA secara rutin dan aplikatif
  • Menyederhanakan tools HIRA agar lebih mudah digunakan
  • Mengintegrasikan HIRA ke dalam aktivitas harian, bukan hanya saat audit
  • Menggunakan teknologi seperti aplikasi digital untuk pencatatan dan pemantauan

Dengan pendekatan yang adaptif dan partisipatif, penerapan HIRA akan menjadi lebih efektif dan membumi di lingkungan kerja nyata.

26 Oktober 2025.
Midiatama
Mengenal Training POP: Pelatihan Wajib Pengawas Pertambangan
Safety K3
Mengenal Training POP: Pelatihan Wajib Pengawas Pertambangan

Dunia pertambangan identik dengan risiko kerja tinggi, area yang kompleks, serta penggunaan alat berat dalam skala besar. Untuk itu, diperlukan sumber daya manusia yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki pemahaman manajerial dan keselamatan kerja yang kuat. Salah satu jalur pengembangan kompetensi tersebut adalah melalui Training POP (Pengawas Operasional Pertama).

Apa Itu Training POP?

Training POP adalah pelatihan wajib yang ditujukan bagi calon pengawas operasional di sektor pertambangan. Pelatihan ini merupakan bagian dari sistem sertifikasi kompetensi yang diatur oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 dan sebelumnya Permen ESDM No. 38 Tahun 2014. Tujuan utamanya adalah untuk membekali peserta dengan kemampuan manajerial operasional serta kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Lulusan training POP akan memiliki tanggung jawab sebagai pengawas tingkat pertama dalam kegiatan operasional pertambangan, termasuk dalam mengawasi implementasi sistem K3, mengatur kegiatan lapangan, dan memastikan prosedur keselamatan diterapkan secara konsisten.

Mengapa Training POP Itu Penting?

Di sektor pertambangan, peran pengawas sangat vital karena merekalah yang menjadi jembatan antara manajemen dan pekerja lapangan. Seorang pengawas harus mampu memberikan arahan, menyelesaikan masalah teknis, hingga memastikan pekerja mengikuti standar keselamatan kerja.

Training POP dirancang untuk memperkuat kemampuan tersebut. Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta akan lebih siap dalam mengelola risiko, mengambil keputusan cepat, serta mendorong budaya kerja aman di area tambang. Sertifikat POP juga menjadi salah satu syarat administratif yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan pengawas operasional.

Siapa yang Wajib Mengikuti Training POP?

Pelatihan ini ditujukan bagi karyawan di sektor pertambangan yang:

  • Akan atau sedang menjabat sebagai pengawas operasional pertama
  • Bertugas langsung dalam pengawasan kegiatan lapangan
  • Terlibat dalam pelaksanaan sistem manajemen keselamatan pertambangan

Biasanya, peserta berasal dari berbagai divisi seperti operator alat berat, pengawas lapangan, hingga kepala unit kerja tertentu. Perusahaan tambang juga diwajibkan memastikan bahwa pengawasnya telah bersertifikat POP sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Materi yang Dipelajari dalam Pelatihan POP

Materi dalam pelatihan POP disusun berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, mencakup:

  • Dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan tambang
  • Tanggung jawab hukum pengawas operasional
  • Penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan
  • Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko
  • Teknik komunikasi dan kepemimpinan lapangan
  • Pelaporan insiden dan investigasi kecelakaan kerja

Pelatihan biasanya berlangsung selama 3–5 hari dan ditutup dengan uji kompetensi. Peserta yang lulus akan mendapatkan sertifikat kompetensi resmi yang diakui oleh Kementerian ESDM.

24 Oktober 2025.
Midiatama
7 Pekerjaan yang Harus Dilengkapi dengan Sistem Permit to Work (PTW)
Safety K3
7 Pekerjaan yang Harus Dilengkapi dengan Sistem Permit to Work (PTW)

Dalam dunia industri, keselamatan kerja adalah prioritas utama—terutama untuk pekerjaan berisiko tinggi. Salah satu sistem kontrol yang krusial untuk mencegah kecelakaan adalah Permit to Work (PTW) atau sistem izin kerja. 

PTW bukan sekadar formalitas, melainkan mekanisme pengendalian risiko yang dirancang untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan secara aman, terencana, dan sesuai prosedur.

Namun, tidak semua jenis pekerjaan wajib menggunakan sistem PTW. Lalu, pekerjaan seperti apa saja yang harus dilengkapi dengan Permit to Work? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Apa Itu Permit to Work?

Permit to Work adalah dokumen resmi yang mengizinkan seseorang atau tim untuk melakukan pekerjaan tertentu di area berbahaya, dengan persetujuan dan kontrol dari pihak yang berwenang. Sistem ini memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan prosedur yang aman, alat pelindung yang sesuai, serta koordinasi yang jelas antar pihak terkait.

Permit ini biasanya berlaku dalam jangka waktu tertentu dan hanya untuk jenis pekerjaan tertentu. PTW juga harus ditandatangani oleh pihak pemberi izin, pelaksana, dan pengawas sebelum pekerjaan dimulai.

Kenapa Permit to Work Penting?

Tanpa PTW, pekerjaan berisiko bisa menyebabkan insiden serius seperti kebakaran, ledakan, keracunan gas, atau kecelakaan fatal. PTW mendorong evaluasi risiko sebelum pekerjaan dilakukan, memastikan alat pelindung telah tersedia, serta mendorong komunikasi antar tim. Artinya, PTW adalah benteng terakhir sebelum risiko terjadi.

7 Pekerjaan yang Harus Menggunakan Permit to Work

Berikut adalah tujuh jenis pekerjaan yang wajib menggunakan sistem PTW untuk menjamin keselamatan dan kepatuhan terhadap regulasi:

1. Pekerjaan di Ruang Terbatas (Confined Space Work)

Pekerjaan di ruang terbatas termasuk salah satu pekerjaan paling berisiko tinggi. Ruang terbatas didefinisikan sebagai area sempit atau tertutup yang memiliki ventilasi terbatas, bukan untuk ditempati manusia dalam waktu lama, dan memiliki potensi bahaya seperti kekurangan oksigen, keberadaan gas beracun, atau kemungkinan terjebak. Contoh confined space antara lain: tangki penyimpanan, sumur pompa, saluran drainase, silo, dan ruang bawah tanah.

Sistem Permit to Work diperlukan untuk memastikan semua risiko telah diidentifikasi dan dikendalikan. Proses ini melibatkan pemeriksaan atmosfer, sistem ventilasi, penggunaan alat pelindung pernapasan (SCBA), komunikasi dua arah, serta rencana evakuasi darurat yang jelas. Tanpa PTW, risiko cedera atau kematian akibat asfiksia atau paparan gas beracun sangat tinggi.

2. Pekerjaan Panas (Hot Work)

Hot work meliputi kegiatan seperti pengelasan, pemotongan logam (cutting), grinding, brazing, soldering, hingga penggunaan peralatan yang menghasilkan percikan api atau suhu tinggi. Di lingkungan industri, kegiatan ini sangat berbahaya karena dapat memicu kebakaran atau ledakan, terutama di area dengan bahan mudah terbakar atau atmosfer yang mudah meledak.

Permit to Work untuk hot work memastikan bahwa area kerja sudah dibersihkan dari bahan yang mudah terbakar, tersedia alat pemadam api ringan (APAR), pekerja telah menggunakan APD seperti fire-retardant coverall dan pelindung wajah, serta dilakukan pengawasan selama dan setelah pekerjaan selesai (fire watch). Dalam beberapa kasus, pekerjaan tidak boleh dimulai tanpa adanya pengujian gas eksplosif di sekitar lokasi kerja.

3. Pekerjaan di Ketinggian (Working at Height)

Bekerja di ketinggian adalah pekerjaan yang dilakukan pada permukaan lebih dari 1,8 meter dari tanah atau permukaan kerja lainnya. Risiko utama dalam pekerjaan ini adalah jatuh dari ketinggian yang dapat menyebabkan cedera serius hingga kematian.

Sistem PTW dalam pekerjaan ini mencakup pemeriksaan kondisi peralatan akses (seperti scaffolding, tangga, atau platform), pengecekan harness dan lanyard, serta rencana evakuasi jika terjadi insiden. Selain itu, pengawas kerja harus memastikan bahwa pekerja telah mengikuti pelatihan bekerja di ketinggian dan memiliki kompetensi untuk menggunakan sistem fall arrest dan fall restraint. PTW juga harus menjelaskan batasan area kerja, waktu kerja, dan personel yang terlibat.

4. Pekerjaan Listrik (Electrical Work)

Segala pekerjaan yang berhubungan dengan sistem kelistrikan seperti perawatan panel, penggantian kabel, atau instalasi baru, memiliki risiko sengatan listrik, kebakaran, dan kerusakan peralatan. Risiko ini bisa meningkat apabila tidak dilakukan pengamanan dan pengendalian energi dengan baik.

PTW untuk pekerjaan listrik mencakup prosedur LOTO (Lockout Tagout), pengujian tegangan nol (zero voltage verification), penyediaan APD khusus listrik (seperti sarung tangan isolasi, arc flash suit), serta pembatasan area kerja untuk mencegah akses tidak sah. PTW juga harus menyebutkan batas aman tegangan kerja dan identitas teknisi yang kompeten sesuai klasifikasi pekerjaan.

5. Pekerjaan Penggalian dan Ekskavasi (Excavation Work)

Kegiatan penggalian bisa tampak sederhana, tetapi menyimpan banyak potensi bahaya seperti longsor tanah, tabrakan alat berat, terkena pipa gas bawah tanah, kabel listrik, atau genangan air beracun. Ketika kedalaman galian melebihi 1,2 meter, risiko cedera atau kematian meningkat secara signifikan.

Permit to Work pada pekerjaan ini akan mengatur proses identifikasi utilitas bawah tanah menggunakan peta dan alat deteksi, metode penyanggaan (shoring), kemiringan dinding galian, sistem drainase, serta pengawasan ketat saat cuaca ekstrem. PTW juga mencakup inspeksi berkala dan memastikan pekerja tidak memasuki galian tanpa pengawasan.

6. Pekerjaan dengan Paparan Bahan Kimia Berbahaya

Industri kimia, minyak dan gas, manufaktur, hingga pengolahan limbah seringkali melibatkan bahan kimia yang mudah terbakar, korosif, reaktif, atau toksik. Paparan langsung tanpa kendali bisa menyebabkan luka bakar, keracunan, hingga bahaya sistemik pada tubuh.

Permit to Work akan mengatur prosedur penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, dan pembersihan bahan kimia dengan aman. Hal ini mencakup jenis APD yang digunakan, sistem ventilasi, alat tumpahan darurat (spill kit), MSDS (Material Safety Data Sheet) yang tersedia di lokasi, serta pelatihan tentang cara merespons insiden kimia. PTW juga akan mencatat potensi reaksi berbahaya bila dua atau lebih bahan kimia digunakan bersamaan.

7. Isolasi Energi Berbahaya (LOTO – Lockout Tagout)

LOTO adalah prosedur keselamatan untuk memastikan bahwa mesin atau peralatan tidak dapat diaktifkan selama kegiatan pemeliharaan atau perbaikan berlangsung. Energi berbahaya yang dimaksud bisa berupa listrik, hidrolik, pneumatik, gravitasi, atau energi potensial lainnya.

Permit to Work untuk pekerjaan LOTO memastikan bahwa semua sumber energi telah dinonaktifkan, dikunci dengan alat pengaman, dan diberi label yang menunjukkan pekerjaan sedang berlangsung. PTW juga mencakup pengujian sistem bahwa energi benar-benar tidak aktif, dokumentasi alat yang dikunci, serta identitas teknisi dan supervisor yang bertanggung jawab. Tanpa prosedur ini, kemungkinan kecelakaan fatal akibat mesin menyala mendadak sangat besar.

22 Oktober 2025.
Midiatama
Mengapa Stres, Kecemasan, dan Depresi Menyebabkan Kecelakaan Kerja?
Safety K3
Mengapa Stres, Kecemasan, dan Depresi Menyebabkan Kecelakaan Kerja?

Selama ini, kebijakan keselamatan kerja lebih banyak berfokus pada bahaya-bahaya yang bersifat fisik. Namun, seiring dengan berkembangnya pemahaman tentang pentingnya kesehatan mental, terjadi pergeseran besar. Fokusnya tidak lagi hanya tentang “apa yang bisa melukai tubuh”, melainkan juga “apa yang bisa mengganggu pikiran”.

Berbagai badan internasional seperti Work Health and Safety Queensland (WHSQ) dan Occupational Safety and Health Administration (OSHA) telah mengintegrasikan faktor psikososial ke dalam kebijakan K3 global mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan mental kini menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi keselamatan kerja yang komprehensif. Perusahaan yang peduli akan keselamatan karyawannya harus melihat gambaran secara menyeluruh, di mana kesehatan fisik dan mental berjalan beriringan.

Mengapa Stres, Kecemasan, dan Depresi Menyebabkan Kecelakaan Kerja?

Setelah kita menyadari betapa pentingnya kesehatan mental, kini saatnya kita bedah lebih dalam. Apa sebenarnya yang terjadi di dalam diri kita saat kita dilanda stres, kecemasan, atau depresi, sehingga kondisi ini bisa berujung pada kecelakaan kerja?

Stres dan Dampaknya Terhadap Performa Kerja

Stres adalah respons alami tubuh terhadap tekanan. Namun, saat stres berlebihan, ia bisa menjadi musuh dalam selimut. Stres kronis dapat mengganggu fungsi kognitif kita. Menurut Journal of Occupational Health Psychology, stres dapat menurunkan konsentrasi, merusak koordinasi motorik, dan memengaruhi kemampuan pengambilan keputusan. Bayangkan, jika Anda sedang di bawah tekanan tenggat waktu yang ketat atau beban kerja yang menumpuk, pikiran Anda akan terpecah. Anda jadi lebih mudah lalai, yang bisa berakibat fatal, terutama di lingkungan kerja yang berisiko tinggi.

Kecemasan dan Depresi sebagai Penghambat Kewaspadaan

Selain stres, kecemasan dan depresi juga menjadi faktor risiko serius. Kecemasan membuat pikiran kita dipenuhi oleh kekhawatiran yang tidak kunjung reda. Hal ini secara langsung menurunkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar. Sementara itu, depresi sering kali datang dengan gejala seperti kelelahan, kurangnya motivasi, dan pikiran yang melambat. American Psychological Association (APA) menegaskan bahwa depresi dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk dan reaksi yang lambat terhadap situasi berbahaya. Ketika pikiran tidak fokus, respons fisik pun ikut melambat, membuat pekerja lebih rentan mengalami insiden yang tidak diinginkan.

Mekanisme Psikologis yang Meningkatkan Risiko Kecelakaan

Lalu, bagaimana mekanisme di balik semua ini? Secara psikologis, stres kronis dapat menguras daya tahan fisik dan mental. Saat tubuh terus-menerus berada dalam mode “fight or flight,” energinya terkuras, membuat kita lebih cepat lelah dan rentan sakit. Di sisi lain, kecemasan yang tidak terkelola bisa mengganggu proses berpikir logis. Seseorang yang cemas cenderung terjebak dalam pemikiran negatif, yang bisa menghambat mereka untuk mengevaluasi situasi dengan objektif.

Melihat fakta ini, tidak heran jika saat ini banyak perusahaan mulai menerapkan program mental well-being. Seperti yang dijelaskan Psychology Today, program-program ini bertujuan untuk mengurangi efek negatif dari stres dan kecemasan, sehingga pekerja dapat tetap fokus dan aman saat bekerja.

Peran Perusahaan dalam Menjaga Kesehatan Mental Karyawan

Melihat data dan studi yang ada, jelas bahwa kesehatan mental bukan lagi urusan pribadi, melainkan tanggung jawab bersama. Perusahaan memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman, baik secara fisik maupun psikologis. Lalu, apa saja langkah nyata yang bisa diambil?

Konseling dan Dukungan Psikologis untuk Pekerja

Salah satu langkah paling efektif adalah menyediakan akses mudah ke konseling dan dukungan psikologis. Banyak karyawan yang enggan mencari bantuan karena stigma atau biaya yang mahal. Oleh karena itu, perusahaan dapat menjembatani hal ini. Tren terbaru yang diulas oleh Harvard Business Review menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar kini mulai menyediakan layanan konseling berbasis telemedicine dan berbagai program dukungan mental lainnya. Ini memberikan ruang aman bagi karyawan untuk berbagi masalah tanpa khawatir, yang pada akhirnya dapat membantu mereka mengelola stres sebelum berdampak pada keselamatan kerja.

Jadwal Kerja Fleksibel dan Beban Kerja yang Sehat

Terkadang, akar masalahnya adalah beban kerja yang tidak proporsional dan jam kerja yang kaku. Perusahaan dapat mengurangi risiko ini dengan menerapkan jadwal kerja yang fleksibel dan memastikan beban kerja yang sehat. Studi dari McKinsey menunjukkan bahwa kebijakan kerja fleksibel dapat secara signifikan mengurangi stres karyawan dan meningkatkan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi mereka. Dengan memberikan kendali lebih pada karyawan atas waktu dan cara mereka bekerja, perusahaan tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjaga kesehatan mental mereka.

Pelatihan Manajer untuk Mengelola Kesehatan Mental Karyawan

Para manajer dan pemimpin tim berada di garis depan. Merekalah yang pertama kali bisa melihat perubahan perilaku atau performa karyawan. Oleh karena itu, melatih mereka untuk mengidentifikasi tanda-tanda stres dan kecemasan menjadi sangat penting. SHRM (Society for Human Resource Management) menekankan bahwa pelatihan ini bukan hanya soal komunikasi, tetapi juga manajemen stres. Dengan bekal pengetahuan ini, manajer bisa memberikan dukungan yang tepat, baik dengan merujuk ke layanan profesional atau sekadar menjadi pendengar yang baik. Ini adalah bagian vital dari strategi keselamatan psikososial yang proaktif.

20 Oktober 2025.
Midiatama
5 Momen Besar yang Menandai Lahirnya Bulan K3 Nasional di Indonesia
Safety K3
5 Momen Besar yang Menandai Lahirnya Bulan K3 Nasional di Indonesia

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bukan sekadar kewajiban hukum, tetapi bagian penting dari budaya kerja yang sehat dan produktif. Di Indonesia, komitmen terhadap K3 diwujudkan dalam bentuk Bulan K3 Nasional, yang diperingati setiap tahun mulai 12 Januari hingga 12 Februari. 

Peringatan ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran, mendorong penerapan standar keselamatan, dan memperkuat peran semua pihak dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman.

Perjalanan Bulan K3 Nasional tidak terbentuk dalam waktu singkat. Ada sejarah panjang yang membentang dari masa kolonial hingga era digital saat ini. Setiap periode menghadirkan kebijakan, regulasi, dan gerakan yang membentuk wajah K3 di Indonesia. 

Lima momen berikut adalah titik-titik penting yang menjadi tonggak lahirnya Bulan K3 Nasional sebagaimana kita kenal sekarang.

1. Masa Kolonial: Fondasi Awal Keselamatan Kerja

Cikal bakal penerapan K3 di Indonesia dimulai pada era kolonial Belanda. Pada tahun 1852, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad No. 20 tentang pengawasan penggunaan ketel uap. Pengawasan ini dijalankan oleh Dienst van het Stoomwezen, lembaga yang bertugas memastikan ketel uap aman digunakan di pabrik-pabrik milik kolonial. Langkah ini lahir karena tingginya risiko kecelakaan akibat teknologi industri yang mulai berkembang pada masa itu.

Tidak lama kemudian, tahun 1905 diterbitkan Veiligheidsreglement (VR) yang mengatur keselamatan kerja secara lebih luas. Regulasi ini diperbarui pada 1910 melalui Staatsblad No. 406 untuk memperkuat perlindungan pekerja di sektor industri. Walaupun penerapannya pada masa itu masih terbatas dan cenderung berpihak pada kepentingan pemilik modal kolonial, kebijakan ini menjadi pijakan awal berkembangnya sistem keselamatan kerja di Indonesia.

2. Era Kemerdekaan RI: Regulasi Nasional dan UU Keselamatan Kerja

Setelah Indonesia merdeka, perhatian terhadap perlindungan tenaga kerja semakin meningkat. Pada tahun 1957, pemerintah mulai menyusun peraturan tentang ketenagakerjaan dan kecelakaan kerja. Langkah ini menunjukkan keseriusan negara dalam membangun kerangka hukum nasional untuk K3.

Puncak perkembangan pada periode ini terjadi pada 12 Januari 1970, ketika pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. UU ini menjadi payung hukum utama penerapan K3 di berbagai sektor industri. Undang-undang ini menekankan prinsip pencegahan kecelakaan, pengawasan teknis, hingga kewajiban perusahaan menyediakan fasilitas keselamatan bagi pekerja. Tanggal pengesahan UU ini kelak menjadi alasan dipilihnya 12 Januari sebagai awal Bulan K3 Nasional.

3. Tahun 1984: Resmi Ditetapkan Bulan K3 Nasional

Momen penting berikutnya hadir pada 1984, ketika Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep. 13/MEN/1984 tentang Pola Kampanye Nasional K3. Dalam keputusan ini, ditetapkan bahwa setiap tahun akan diadakan kampanye nasional selama satu bulan penuh, dari 12 Januari hingga 12 Februari, untuk mempromosikan penerapan K3 di seluruh sektor.

Kampanye tersebut melibatkan pemerintah, perusahaan, organisasi profesi, hingga masyarakat luas. Berbagai kegiatan seperti pelatihan, seminar, lomba, dan inspeksi keselamatan dilakukan untuk membangun kesadaran bersama. Sejak saat itu, istilah “Bulan K3 Nasional” mulai dikenal luas dan menjadi agenda tetap tahunan.

4. Tahun 1993 dan 2009: Dari Kampanye Tahunan ke Gerakan Berkelanjutan

Pada 1993, pemerintah mengubah pendekatan kampanye menjadi lebih berorientasi pada pembentukan budaya. Melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep. 463/MEN/1993, nama kegiatan diubah menjadi Gerakan Nasional Membudayakan K3. Tujuannya jelas: agar K3 tidak hanya diperingati setahun sekali, tetapi menjadi kebiasaan yang melekat dalam aktivitas kerja sehari-hari.

Perubahan signifikan berikutnya terjadi pada 12 Januari 2009, dengan diluncurkannya Gema Daya K3 atau Gerakan Efektif Masyarakat Membudayakan K3. Konsep ini menegaskan bahwa penerapan K3 harus dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun, seiring proses produksi dan operasional perusahaan. Pendekatan ini juga menekankan partisipasi aktif semua pihak, mulai dari pimpinan perusahaan, pekerja, hingga masyarakat umum.

5. Era Digital: Adaptasi terhadap Tantangan Baru

Memasuki era digital, dunia kerja mengalami perubahan besar. Munculnya teknologi baru, otomasi, dan sistem kerja jarak jauh membawa tantangan baru dalam penerapan K3. Risiko keselamatan kini tidak hanya terkait mesin atau lingkungan fisik, tetapi juga meluas ke aspek ergonomi, kesehatan mental, hingga keamanan data.

Pemerintah merespons perkembangan ini dengan memperbarui strategi K3 yang lebih adaptif. Program Bulan K3 Nasional juga mulai mengangkat tema-tema yang relevan dengan tantangan zaman, seperti transformasi digital dan keberlanjutan lingkungan. Sejak 2015, dicanangkan target “Indonesia Berbudaya K3”, yang mendorong semua sektor untuk menjadikan K3 sebagai nilai inti organisasi.

18 Oktober 2025.
Midiatama
Era Kerja Hybrid: Ancaman Baru Bernama Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Safety K3
Era Kerja Hybrid: Ancaman Baru Bernama Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Kerja hybrid dan WFH telah menjadi bagian dari kehidupan modern. Namun, banyak pekerja mulai merasakan keluhan fisik seperti sakit punggung, leher kaku, dan kelelahan mata. Masalah ini bukan sekadar ketidaknyamanan, tetapi jika dibiarkan, bisa menurunkan produktivitas dan bahkan memengaruhi kesehatan mental.

Artikel ini akan membahas risiko ergonomi, panduan penataan stasiun kerja, latihan peregangan, serta peran perusahaan dalam mencegah Musculoskeletal Disorders (MSDs). Dengan panduan ini, Anda bisa bekerja lebih nyaman dan aman, baik di kantor maupun di rumah.

Bekerja dari rumah atau sistem hybrid memang nyaman, tapi tahukah Anda bahwa postur dan kebiasaan sehari-hari bisa menimbulkan masalah serius? MSDs (Musculoskeletal Disorders) adalah cedera pada otot, sendi, atau saraf yang muncul karena posisi duduk yang salah, meja atau kursi yang tidak ergonomis, dan kurangnya gerakan fisik.

Risikonya meningkat saat:

  • Anda duduk terlalu lama tanpa istirahat singkat
  • Workstation tidak sesuai tinggi badan atau posisi monitor
  • Peregangan atau aktivitas fisik minim sepanjang hari

Penelitian menunjukkan lebih dari 60% pekerja WFH mulai merasakan nyeri punggung atau leher hanya dalam tiga bulan. Menyadari hal ini sejak dini adalah langkah pertama untuk menjaga kesehatan tubuh, produktivitas, dan kenyamanan kerja jangka panjang.

Bukan Cuma Sakit Punggung: Dampak Ergonomi pada Produktivitas & Kesehatan Mental

Masalah ergonomi tidak hanya bikin pegal atau nyeri. Dampaknya bisa meluas ke produktivitas dan kesehatan mental:

  • Konsentrasi menurun: duduk tidak nyaman bikin fokus mudah terganggu.
  • Stres dan kelelahan: ketegangan otot memicu rasa lelah dan frustrasi.
  • Risiko burnout: keluhan fisik yang terus muncul bisa memengaruhi kesehatan jangka panjang.

Dengan postur dan pengaturan kerja yang tepat, pekerja tetap nyaman, energi terjaga, dan produktivitas optimal, meski bekerja hybrid atau WFH.

Checklist Penilaian Mandiri Stasiun Kerja di Rumah

Posisi Monitor, Keyboard, dan Mouse

  • Monitor sejajar mata, jarak 50–70 cm
  • Keyboard & mouse agar lengan tetap rileks

Pengaturan Kursi dan Postur Duduk

  • Dukungan lumbar untuk punggung bawah
  • Kaki menapak di lantai, lutut membentuk sudut 90°
  • Kursi nyaman, stabil, memungkinkan gerakan ringan

Pencahayaan dan Lingkungan Kerja

  • Hindari silau langsung dari lampu atau jendela
  • Gunakan cahaya alami bila memungkinkan
  • Sesuaikan kecerahan monitor dengan kondisi ruangan

5 Latihan Peregangan Singkat di Meja Kerja

  1. Leher & Bahu
    • Gerakan: Putar kepala perlahan ke kiri dan kanan. Tarik bahu ke belakang beberapa kali.
    • Manfaat: Melepas ketegangan leher dan bahu akibat duduk lama.
  2. Pergelangan Tangan
    • Gerakan: Putar pergelangan tangan searah jarum jam, lalu berlawanan. Tekuk dan luruskan beberapa kali.
    • Manfaat: Mencegah kaku dan nyeri akibat mengetik terus-menerus.
  3. Punggung Atas & Bawah
    • Gerakan: Duduk tegak, tarik bahu ke belakang, dorong dada ke depan, condongkan punggung bawah sedikit ke depan dan belakang.
    • Manfaat: Mengurangi ketegangan punggung atas dan bawah, menjaga postur tetap sehat.
  4. Kaki & Pinggul
    • Gerakan: Angkat satu kaki, tekuk-luruskan lutut. Putar pinggul perlahan atau angkat lutut ke dada secara bergantian.
    • Manfaat: Melancarkan peredaran darah di kaki dan pinggul, mencegah kaku.
  5. Pernapasan Relaksasi
    • Gerakan: Tarik napas dalam melalui hidung, tahan 3–5 detik, hembuskan perlahan melalui mulut. Ulangi 5–10 kali.
    • Manfaat: Mengurangi stres, menenangkan pikiran, dan membantu tubuh rileks.

Tips Praktis:

  • Lakukan 2–3 kali sehari, 5–10 menit per sesi.
  • Bisa dilakukan sambil menunggu meeting atau saat istirahat singkat.
  • Konsistensi mencegah nyeri, meningkatkan fokus, dan mendukung produktivitas kerja hybrid.

Peran Perusahaan: Membuat Kebijakan Ergonomi untuk Kerja Hybrid

  1. Fasilitasi Peralatan Ergonomis
    • Sediakan kursi dan meja yang mendukung postur tubuh.
    • Jika tidak memungkinkan, berikan tunjangan untuk membeli alat kerja ergonomis.
  2. Buat Panduan Workstation & Postur
    • Buat dokumen sederhana tentang posisi monitor, keyboard, dan kursi yang ideal.
    • Bagikan tips duduk dan mengatur pencahayaan agar nyaman di rumah.
  3. Lakukan Asesmen Ergonomi Rutin
    • Periksa stasiun kerja karyawan secara berkala, terutama untuk WFH atau hybrid.
    • Identifikasi risiko potensial dan berikan rekomendasi perbaikan.
  4. Edukasi Karyawan tentang Peregangan & Istirahat
    • Ingatkan karyawan untuk melakukan latihan peregangan 2–3 kali sehari.
    • Dorong break singkat agar tubuh dan mata tetap sehat.

Manfaat Kebijakan:

Kenyamanan kerja meningkat, risiko cedera menurun, dan produktivitas tim terjaga. Dengan dukungan perusahaan, pekerja lebih sehat, fokus, dan bersemangat bekerja, baik di kantor maupun di rumah.

16 Oktober 2025.
Midiatama
1
2
1
2
3
...
56

Artikel Populer

10 Perbedaan Sertifikasi Ahli K3 Umum BNSP dan Kemnaker RI

05 September 2024.
410 Views
10 Perbedaan Sertifikasi Ahli K3 Umum BNSP dan Kemnaker RI

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

27 September 2024.
388 Views
Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

24 Agustus 2023.
365 Views
Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

11 Mei 2023.
338 Views
Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik

19 Agustus 2024.
325 Views
Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

23 September 2024.
321 Views
6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

26 Agustus 2024.
313 Views
Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline

19 September 2024.
299 Views
Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline
Kontak Kami
Fast Respon (Sales)

0899-3386423 (Beni)

0852-1011-9176 (Risma)

0878-88880799 (Soka)

0815-32705432 (Amanda)

Telephone (Office)

021-22545432 (Jam Kerja)

021-58906930 (Jam kerja)

Email

[email protected]

[email protected]

Office

Gedung Wisma Presisi, Lantai 1 No 4, Jalan Taman Aries RT.05/RW2, Meruya Utara Kembangan Jakarta Barat 11620

Business Partner

Lihat partner lainnya

HSE
Garuda
LSPK3 Indonesia
ALPK3 Indonesia
Bantuan

Hubungi Kami

Syarat

Syarat dan Ketentuan

FAQ

Sosial Media

Facebook

Instagram

Youtube

Aplikasi Miccapro
Aplikasi Miccapro di App StoreAplikasi Miccapro di Google Play
HUBUNGI KAMI
Fast Respon (Sales)

0899-3386423 (Beni)

0852-1011-9176 (Risma)

0878-88880799 (Soka)

0815-32705432 (Amanda)

Telephone (Office)

021-22545432 (Jam Kerja)

021-58906930 (Jam kerja)

ALAMAT KAMI

PT. Mitra Dinamis Yang Utama (PJK3 Midiatama Academy) Gedung Wisma Presisi, Lantai 1 No. 4, Jalan Taman Aries RT.5/RW.2 Meruya Utara Kembangan Jakarta Barat 11620

Email

[email protected]

[email protected]

Jam Kerja

08.00 WIB - 17.00 WIB

BANTUAN

Hubungi Kami

Syarat

Syarat dan Ketentuan

FAQ

Business Partner
HSE
Garuda
LSPK3 Indonesia
ALPK3 Indonesia

Lihat lebih banyak

SOCIAL MEDIA

Facebook

Instagram

Youtube

Aplikasi Miccapro
Aplikasi Miccapro di App StoreAplikasi Miccapro di Google Play
© Copyright 2020 - 2025 PT Mitra Dinamis Yang Utama
Powered By Midiatama