Logo
Logo
BerandaPelatihanMidiatamaJadwalInstrukturKarirArtikel
Login
Artikel
Artikel Populer
10 Perbedaan Sertifikasi Ahli K3 Umum BNSP dan Kemnaker RI

10 Perbedaan Sertifikasi Ahli K3 Umum BNSP dan Kemnaker RI

6 Juni -14 Juni 2024, 410 Views

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

6 Juni -14 Juni 2024, 388 Views

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

6 Juni -14 Juni 2024, 365 Views

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

6 Juni -14 Juni 2024, 338 Views

Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik

Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik

6 Juni -14 Juni 2024, 325 Views

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

6 Juni -14 Juni 2024, 321 Views

Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

6 Juni -14 Juni 2024, 313 Views

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline

6 Juni -14 Juni 2024, 299 Views

Artikel Terbaru
Safety K3
Bisakah ISO 45001 diintegrasikan dengan sistem manajemen lain?
29 Juni 2023
Bisakah ISO 45001 diintegrasikan dengan sistem manajemen lain?
Safety K3
Beberapa Hal Yang Harus dipertimbangan Dalam Melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko di Tempat Kerja
26 Juni 2023
Beberapa Hal Yang Harus dipertimbangan Dalam Melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko di Tempat Kerja
Safety K3
6 Langkah Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Sesuai Standar OSHA
22 Juni 2023
6 Langkah Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Sesuai Standar OSHA
Safety K3
Teknik Pengelasan (Welding) Dalam Industri
19 Juni 2023
Teknik Pengelasan (Welding) Dalam Industri
Safety K3
Mengenal Program Sertifikasi Untuk Welder
15 Juni 2023
Mengenal Program Sertifikasi Untuk Welder
Safety K3
Mengenal Welder Dengan Kualifikasi Khusus
12 Juni 2023
Mengenal Welder Dengan Kualifikasi Khusus
Safety K3
Mengenal Jenis-Jenis Safety Induction
07 Juni 2023
Mengenal Jenis-Jenis Safety Induction
Safety K3
4 Jenis Sarung Tangan Safety Berdasarkan OSHA
29 Mei 2023
4 Jenis Sarung Tangan Safety Berdasarkan OSHA
1
...
19
20
21
18
19
20
21
22
...
52
  1. Home
  2. Artikel

Artikel

Bisakah ISO 45001 diintegrasikan dengan sistem manajemen lain?
Safety K3
Bisakah ISO 45001 diintegrasikan dengan sistem manajemen lain?

ISO 45001:2018 dapat dikatakan sebagai "milestone". Standar ini menyediakan kerangka kerja yang kuat dan efektif untuk mengurangi risiko di tempat kerja dan menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat untuk pekerja, kontraktor, pemasok, pengunjung, dan tamu, yang memungkinkan sebuah organisasi untuk proaktif meningkatkan kinerja SMK3-nya.

Dengan diterbitkannya ISO 45001:2018 ini sangat diharapkan dapat memperbaiki sistem manajemen K3 di negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. ISO 45001:2018 dirancang untuk membantu organisasi mengelola risiko K3 dan memperbaiki kinerja K3 secara proaktif.

"Standar baru ini akan membantu organisasi menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja dan tamu perusahaan dengan terus meningkatkan kinerja K3 mereka."─ David Smith, Ketua Komite Proyek ISO/PC 283

ISO 45001:2018 menggunakan model Plan-Do-Check-Act (PDCA) dalam implementasinya, yang menyediakan kerangka kerja sederhana dan efektif bagi organisasi untuk merencanakan apa yang harus mereka lakukan di tempat kerja sehingga risiko K3 dapat diminimalkan. 

Bisakah ISO 45001 diintegrasikan dengan sistem manajemen lain?

Bisa. ISO 45001:2018 mengadopsi High Level Structure (HLS) atau struktur tingkat tinggi berdasarkan ISO Guide 83 (Annex SL), seperti struktur yang sudah diterapkan pada ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015.

Annex SL menetapkan struktur semua standar sistem manajemen di masa depan dalam 10 klausul atau kriteria.

Struktur tingkat tinggi pada ISO 45001 bertujuan untuk memfasilitasi proses implementasi dan integrasi beberapa sistem manajemen secara harmonis, terstruktur dan efisien.

Sebagai contoh, ISO 45001 dan ISO 14001 dapat diintegrasikan dengan mudah karena keduanya memiliki kaitan yang cukup erat. Hal ini dilihat dari banyak organisasi yang menggabungkan sistem manajemen K3 (ISO 45001) dengan sistem manajemen lingkungan (ISO 14001). 

29 Juni 2023.
Midiatama
Beberapa Hal Yang Harus dipertimbangan Dalam Melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko di Tempat Kerja
Safety K3
Beberapa Hal Yang Harus dipertimbangan Dalam Melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko di Tempat Kerja

Identifikasi bahaya dan penilaian risiko merupakan salah satu tahap perencanaan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang diwajibkan dalam standar ISO 45001:2018 maupun standar PP No.50 Tahun 2012 terkait SMK3.

Identifikasi bahaya adalah upaya untuk mengetahui, mengenal, dan memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistem, seperti peralatan, tempat kerja, proses kerja, prosedur, dll.

Penilaian risiko adalah proses penilaian suatu risiko dengan membandingkan tingkat/kriteria risiko yang telah ditetapkan untuk menentukan prioritas pengendalian bahaya yang sudah diidentifikasi.

Sesuai ISO 45001:2018, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan pengurus dan pekerja dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di tempat kerja, di antaranya:

  • Aktivitas rutin dan non-rutin di tempat kerja
  • Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor, pemasok, pengunjung, dan tamu
  • Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya
  • Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja
  • Bahaya yang timbul di tempat kerja, meliputi:

  • Infrastruktur, peralatan dan material, baik yang disediakan perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan
  • Perubahan pada organisasi, aktivitas atau material yang digunakan
  • Perubahan pada sistem manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan berdampak terhadap operasi, proses, dan aktivitas kerja
  • Kewajiban perundangan-undangan terkait penilaian risiko dan tindakan pengendalian
  • Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, dan organisasi kerja.

Beberapa bahaya, seperti tata graha dan bahaya tersandung, harus segera dilakukan tindakan pengendalian ketika bahaya ditemukan. Tindakan pengendalian ini bertujuan untuk meminimalkan bahaya dan risiko di tempat kerja, serta memastikan keselamatan dan kesehatan semua orang yang terlibat dalam kegiatan organisasi.

sumber : safetysign

26 Juni 2023.
Midiatama
6 Langkah Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Sesuai Standar OSHA
Safety K3
6 Langkah Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Sesuai Standar OSHA

Sistem manajemen K3 yang baik tidak hanya melihat salah satu bahaya dan pengendalian saja, tapi membuat sebuah sistem atau prosedur yang tepat yang memungkinkan semua bahaya dan risiko di tempat kerja teridentifikasi dan pengendaliannya dilaksanakan secara berkelanjutan.

Berikut langkah-langkah identifikasi bahaya dan penilaian risiko berdasarkan standar OSHA, di antaranya:

1. Kumpulkan semua informasi mengenai bahaya yang ada di tempat kerja

Kumpulkan, atur, dan tinjau segala informasi tentang bahaya di tempat kerja untuk menentukan potensi bahaya yang mungkin ada atau kemungkinan pekerja terpapar atau berpotensi terpapar bahaya tersebut.

Informasi terkait bahaya yang tersedia di tempat kerja biasanya meliputi:

  • Panduan manual pengoperasian mesin dan peralatan
  • Material Safety Data Sheet (MSDS) yang disediakan oleh produsen bahan kimia
  • Laporan inspeksi langsung di lapangan dan laporan inspeksi dari lembaga pemerintah atau tim audit
  • Catatan kecelakaan dan penyakit akibat kerja sebelumnya, serta laporan investigasi kecelakaan kerja
  • Catatan dan laporan kompensasi pekerja yang mengalami kecelakaan atau terkena penyakit akibat kerja
  • Pola kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang sering terjadi
  • Hasil pemantauan terkait paparan, penilaian kebersihan industri (industrial hygiene), dan rekam medis pekerja
  • Program K3 yang ada mencakup lockout/tagout, ruang terbatas, proses manajemen keselamatan, alat pelindung diri (APD) dll.
  • Saran dan masukan dari pekerja, termasuk survei atau notulen pada pertemuan komite K3
  • Hasil analisis Job Hazard Analysis (JHA), juga dikenal sebagai Job Safety Analysis (JSA).

2. Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi bahaya yang ada di tempat kerja

Kemungkinan besar bahaya akan muncul seiring dengan adanya perubahan area/proses kerja, mesin atau peralatan tidak memadai, pengabaian tindakan pemeliharaan/perbaikan, atau tata graha yang tidak terlaksana dengan baik.

Meluangkan waktu untuk memeriksa area kerja secara langsung dan berkala dapat membantu Anda mengidentifikasi adanya bahaya baru atau bahaya yang timbul berulang kali, untuk segera dilakukan pengendalian sebelum terjadi kecelakaan kerja.

  • Lakukan inspeksi rutin terhadap semua operasi kerja, peralatan, area kerja, dan segala fasilitas yang terdapat di area kerja
  • Libatkan pekerja untuk ikut berpartisipasi dalam inspeksi dan lakukan diskusi dengan para pekerja tentang bahaya apa saja yang mereka temukan di tempat kerja atau yang mereka laporkan
  • Dokumentasikan setiap inspeksi yang dilakukan untuk mempermudah verifikasi bahaya yang sudah dikendalikan atau diperbaiki. Hasil dokumentasi dapat berupa form, foto atau video pada area kerja yang terdapat potensi bahaya
  • Inspeksi yang dilakukan mencakup semua bidang dan kegiatan, seperti penyimpanan dan pergudangan, pemeliharaan fasilitas dan peralatan, dan kegiatan kontraktor, subkontraktor dan pekerja sementara di tempat kerja
  • Periksa alat-alat berat/ transportasi yang digunakan secara rutin
  • Gunakan formulir inspeksi potensi bahaya yang telah disediakan. Inspeksi biasanya mencakup potensi bahaya yang sering terjadi di area kerja.
  • Sebelum mengubah operasi, lokasi kerja, atau alur kerja; membuat perubahan besar pada organisasi; atau memperkenalkan peralatan, material, atau proses kerja yang baru, sebaiknya diskusikan dengan pekerja dan lakukan evaluasi perubahan yang direncanakan dengan mempertimbangkan bahaya dan risiko terkait.

3. Lakukan identifikasi bahaya terhadap kesehatan kerja

Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan sesuatu yang dapat mengakibatkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi paparan yang berlebihan. Bahaya kesehatan dapat menimbulkan penyakit yang diakibatkan oleh paparan suatu sumber bahaya di tempat kerja.

Potensi bahaya kesehatan tersebut mencakup faktor kimia (pelarut, perekat, cat, debu beracun, dll.), faktor fisik (kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, dll.), bahaya biologis (penyakit menular), dan faktor ergonomi (tugas monoton/berulang, postur canggung, angkat berat, dll).

Meninjau rekam medis pekerja dapat membantu Anda dalam mengidentifikasi bahaya kesehatan yang terkait dengan paparan di tempat kerja.

  • Identifikasi bahaya kimia. Lakukan peninjauan pada MSDS dan label produk untuk mengidentifikasi bahaya bahan kimia yang digunakan di tempat kerja Anda
  • Identifikasi seluruh aktivitas yang dapat mengakibatkan luka pada kulit akibat paparan bahan kimia berbahaya/ bahan kimia masuk ke dalam tubuh melalui penyerapan pada kulit
  • Identifikasi bahaya fisik. Mengidentifikasi paparan kebisingan yang berlebihan (di atas 85dB), suhu ekstrem (dalam atau luar ruangan), atau sumber radiasi (bahan radioaktif, sinar-X, atau radiasi frekuensi radio)
  • Identifikasi bahaya biologis. Perhatikan apakah pekerja berpotensi terkena sumber-sumber penyakit menular, jamur, bersumber dari hewan (bulu atau kotoran) yang mampu menimbulkan reaksi alergi atau asma akibat kerja
  • Identifikasi bahaya ergonomi. Memeriksa seluruh tahapan aktivitas kerja yang membutuhkan pengangkatan berat, pengangkatan manual, gerakan berulang, atau tugas yang berpotensi menimbulkan getaran yang signifikan
  • Lakukan penilaian paparan secara kuantitatif. Bila memungkinkan, gunakan pemantauan dan pengukuran paparan secara langsung menggunakan alat khusus
  • Lakukan peninjauan rekam medis untuk mengidentifikasi kasus cedera pada muskuloskeletal, iritasi kulit atau dermatitis, gangguan pendengaran akibat bising (GPAB), atau penyakit paru-paru yang terkait dengan paparan di tempat kerja.

4. Lakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi

Insiden di tempat kerja ─ termasuk kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, near-misses dan laporan tentang bahaya lainnya ─ memberikan indikasi yang jelas tentang di mana bahaya berada.

Dengan menyelidiki insiden dan membuat laporan secara menyeluruh, Anda akan dengan mudah mengidentifikasi bahaya yang kemungkinan besar akan mengakibatkan sesuatu yang fatal di masa mendatang. Tujuan investigasi adalah untuk menemukan akar penyebab insiden atau faktor-faktor yang memengaruhi bahaya, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

  • Kembangkan rencana dan prosedur yang jelas untuk melakukan investigasi insiden, sehingga penyelidikan dapat dimulai dengan segera ketika terjadi insiden.
  • Latih tim investigasi tentang teknik investigasi insiden, pemahaman yang menekankan objektivitas, dan keterbukaan pikiran selama proses penyelidikan
  • Lakukan investigasi bersama dengan tim yang kompeten, mencakup perwakilan dari manajemen dan pekerja
  • Lakukan investigasi pada setiap near-misses atau kejadian hampir celaka yang terjadi
  • Identifikasi dan analisis akar penyebab untuk mengetahui kelemahan program K3 yang menjadi dasar kemungkinan terjadinya insiden
  • Komunikasikan hasil investigasi kepada manajer, supervisor, dan pekerja untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali
  • Investigasi insiden yang efektif tidak berhenti pada identifikasi satu faktor pemicu insiden saja. Tim investigasi biasanya akan mengajukan pertanyaan, "Kenapa?" dan "Apa yang menjadi penyebab insiden?".

Catatan:

Sesuai regulasi PERMENAKER No. PER.03/MEN/1998 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, laporan kecelakaan kerja dari pimpinan unit perusahaan selanjutnya disampaikan kepada Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu 2x24 jam. Dapat disampaikan secara lisan sebelum dilaporkan secara tertulis.

5. Lakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan situasi darurat dan aktivitas non-rutin

Perlu Anda pahami, keadaan darurat dapat menghadirkan bahaya yang bisa menimbulkan risiko serius bagi pekerja. Aktivitas non-rutin, seperti inspeksi, pemeliharaan, atau perbaikan juga dapat menghadirkan potensi bahaya. Rencana dan prosedur perlu dikembangkan untuk merespons secara tepat dan aman terhadap bahaya yang dapat diduga terkait dengan keadaan darurat dan aktivitas non-rutin.

Identifikasi kemungkinan bahaya yang dapat timbul dari setiap tahapan aktivitas ketika keadaan darurat dan aktivitas non-rutin, dengan mempertimbangkan jenis material dan peralatan yang digunakan serta lokasi kerjanya. 

6. Kelompokkan sifat bahaya yang teridentifikasi, tentukan langkah-langkah pengendalian sementara, dan tentukan prioritas bahaya yang perlu pengendalian secara permanen

Langkah berikutnya adalah menilai dan memahami bahaya yang teridentifikasi dan jenis-jenis kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang dapat timbul akibat bahaya tersebut. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan tindakan pengendalian sementara dan menentukan prioritas bahaya mana saja yang butuh tindakan pengendalian permanen.

  • Evaluasi setiap bahaya dengan mempertimbangkan tingkat keparahan. Perhatikan apa saja dampak dari paparan bahaya dan jumlah pekerja yang mungkin terpapar
  • Gunakan tindakan pengendalian sementara untuk melindungi pekerja sampai program pencegahan dan pengendalian bahaya secara permanen dapat diimplementasikan
  • Perhatikan tingkat kemungkinan dan tingkat keparahan bahaya untuk memprioritaskan bahaya atau risiko mana yang harus ditangani terlebih dahulu. Dalam hal ini, pengurus memiliki kewajiban untuk mengendalikan semua bahaya yang dapat menimbulkan dampak serius dalam jangka waktu yang panjang bagi pekerja.

sumber : safetysign

22 Juni 2023.
Midiatama
Teknik Pengelasan (Welding) Dalam Industri
Safety K3
Teknik Pengelasan (Welding) Dalam Industri

Dalam perancangan manufaktur, penggabungan berbagai material pasti diperlukan. Bahan yang paling sering untuk digabungkan adalah bahan logam. Penggabungan logam dapat menggunakan metode yang paling banyak dilakukan yaitu pengelasan (welding).

Pengelasan adalah teknik penggabungan bahan logam menggunakan bantuan energi panas baik dengan atau tanpa bahan pengisi (filler). Beberapa bahan logam membutuhkan proses dan teknik khusus dalam pengelasan. Bahan-bahan logam yang digabungkan disebut bahan induk dan bahan yang ditambahkan untuk menggabungkan bahan induk adalah bahan pengisi/filler.

Ada beberapa teknik pengelasan yang sering dipakai di industri, yaitu:

1. Arc (busur): proses pengelasan menggunakan pancaran busur listrik untuk menciptakan panas kemudian meleburkan kedua logam dan menggabungkannya. Catu daya listrik menghasilkan busur listrik pada elektroda. Arus listrik bisa menggunakan arus DC atau AC. Elektroda ditempelkan lalu digeser mengikuti jalur sambungan logam sehingga tercipta peleburan logam dan tergabung logam tersebut.

Teknik ini biasanya menggunakan bahan pengisi dan terutama digunakan untuk menggabungkan logam termasuk baja tahan karat, aluminium, nikel dan paduan tembaga, kobalt dan titanium. Proses pengelasan busur banyak digunakan di berbagai industri seperti minyak dan gas, listrik, dirgantara, otomotif, dan lainnya.

2. Friction (gesekan): teknik pengelasan dengan memanfaatkan gaya gesek mekanis untuk menciptakan panas. Panas tersebut yang akan dijadikan untuk penyambungan dua logam. Pengelasan Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara pada bahan las yang berbeda termasuk baja, aluminium atau bahkan kayu.

Gesekan mekanis menghasilkan panas yang dapat melembutkan benda kerja sehingga saat ditempelkan sambungannya benda kerja akan menyatu saat kering. Teknik las gesekan tidak perlu bahan pengisi apapun.

Teknik gesekan sering digunakan dalam aplikasi kedirgantaraan karena sangat ideal untuk menggabungkan paduan aluminium ringan yang ‘tidak dapat dilas’. Proses gesekan digunakan di seluruh industri dan juga sedang dieksplorasi sebagai metode untuk mengikat kayu tanpa menggunakan perekat atau paku.

3. Sinar Elektron: Proses pengelasan dengan memanfaatkan sinar elektron berkecepatan tinggi pada ruang hampa untuk penggabungan bahan. Energi kinetik dari elektron akan berubah menjadi energi panas elektron membentur benda kerja sehingga benda kerja meleleh bersama. Teknik pengelasan elektron dapat diterapkan di sejumlah industri mulai dari kedirgantaraan hingga tenaga nuklir dan otomotif hingga kereta api.

4. Laser: Proses pengelasan dengan memanfaatkan sinar laser yang terkonsentrasi sebagai peleleh logam dan menggabungkannya. Proses pengelasan laser bisa dilakukan di ruang udara tidak seperti las elektron. Teknik ini banyak dijumpai di industri otomotif.

Contoh-contoh teknik pengelasan.

Istilah-istilah benda kerja pengelasan:

Istilah-istilah pada benda kerja pengelasan.

  • Parent metal: Logam induk yang digunakan sebagai benda kerja pengelasan.
  • Weld face: Permukaan pengelasan.
  • Weld metal: Semua logam yang meleleh selama pengelasan dan dipertahankan dalam pengelasan
  • HAZ (Heat Affected Zone): Bagian logam induk yang secara metalurgi dipengaruhi oleh panas las atau panas pemotongan, tetapi tidak meleleh.
  • Fusion line: Perbatasan antara HAZ dengan weld metal
  • Excess weld metal: Logam lelehan hasil pengelasan yang melebihi permukaan parent metal.
  • Toe: Batas antara permukaan las dan parent metal. Ini adalah fitur pengelasan yang sangat penting karena jari kaki adalah titik konsentrasi tegangan tinggi dan sering kali merupakan titik awal untuk berbagai jenis retakan (misalnya retakan kelelahan, retakan dingin). Untuk mengurangi konsentrasi tegangan, jari-jari kaki harus berbaur dengan mulus ke permukaan parent metal.

Adapun parameter-paramter seperti distribusi temperature saat proses pengelasan, hingga tegangan sisa (residual stress) yang dihasilkan saat proses pengelasan akan sangat mempengaruhi baik keberhasilan dan konsumsi energi saat proses pengelasan itu sendiri, atau bahkan kualitas produk yang dihasilkan dari proses pengelasan itu sendiri sehingga penting untuk diatur dan dioptimasi.

Karena kompleksitas yang terjadi pada proses pengelasan, perhitungan secara analitis terlalu rumit atau bahkan tidak dapat dilakukan, sehingga salah satu metode yang paling umum digunakan adalah menggunakan standar-standard yang sudah ada, namun terkadang standard-standard tersebut tidak dapat mencakup secara detail dan komprehensif desain dari sebuah proses yang unik atau custom, sehingga digunakan metode permodelan komputer untuk menghitung parameter-paramter struktur, atau dikenal juga dengan istilah Finite Element Analysis (FEA).

Salah satu software FEA yang didedikasikan untuk aplikasi pengelasan adalah Simufact Welding, yang merupakan salah satu produk dari MSC Software.

sumber : aeroengineering

19 Juni 2023.
Midiatama
Mengenal Program Sertifikasi Untuk Welder
Safety K3
Mengenal Program Sertifikasi Untuk Welder

Sertifikasi Welder di Indonesia masih terbagi menjadi dua yaitu yang dirilis oleh Kemenaker dan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Pelaksanaan sertifikasi umumnya dilaksanakan oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) yang memiliki lisensi dari BNSP.

Program sertifikasi welder terdapat berbagai macam jenis sertifikat yaitu kelas welder dan juga posisi pengelasan yang diujikan saat proses sertifikasi, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sertifikat welder sebagai bukti bahwa seorang welder dikatakan kompeten/termpil sehingga mendapatkan gaji welder yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mempunyai sertifikat.
Berikut adalah kelompok sertifikasi welder yang banyak dilakukan:

Welder Kelas 1:

  • Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
  • Pipe: 1G, 2G, 5G, 6G

Welder Kelas 2:

  • Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
  • Pipe: 1G, 2G, 5G

Welder Kelas 3:

  • Plate: 1G, 2G
  • Pipe: 1G, 2G

Jenis Sertifikat Welder:

  • BNSP.
  • Migas.
  • Kemenaker.
  • International Institute of Welding (IIW) oleh Sertifikat International Welder.

Kualifikasi welder Kemenaker RI

Setiap jenis pekerjaan pengelasaan harus dilakukan oleh welder yang memiliki kemampuan sesuai dengan kualifikasi kompetensi yang dipersyaratkan. Bukti kemampuan atau level ketrampilan seorang welder salah satunya adalah berupa sertifikat ahli las yang dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia (Kemenaker RI). Sedangkan Welder digolongkan menjadi 3 kelas yaitu:

  • Welder kelas I.
    Adalah welder yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan las pada sambungan-sambungan yang mengalami tekanan. (overdruk). Welder kelas I merupakan level tertinggi Contoh pengaplikasiannya adalah badan silindris, dinding pipa-pipa sebagai penguat, penguat dinding, plendes sambungan pipa dan pipa bertekanan. Welder dengan kualifikasi ini diijinkan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh welder kelas I dan II.
  • Welder kelas II.
    Adalah welder yang diperbolehkan melaksanakan pekerjaan las pada tangan, penyangga, isolasi, bagian dari dapur pengapian ketel uap. Merupakan level menengah, dimana diperbolehkan melaksanakan pekerjaan yang dilakukan oleh welder kelas III namun dilarang melakukan pekerjaan welder kelas I.
  • Welder kelas III.
    Adalah welder dengan kelas terendah, pekerjaan yang boleh dilakukan adalah diantaranya melakukan pengelasan yang tidak menderita tekanan salat-salat bagian luar. Pekerjaan welder kelas I maupun kelas II tidak boleh dilakukan welder jenis III.

Kualifikasi welder Plate dan Pipe

Welder juga dibedakan berdasarkan jenis obyek pekerjaannya, pembagian obyek kualifikasi ini adalah dikenal dengan sebutan welder plate dan welder pipe.

  • Welder plate.
    Adalah welder yang diijinkan hanya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sambungan pelat. Namun pengertian diatas juga masih dibedakan berdasarkan posisi pengelasan dan ketebalan pelat yang disambung. Kelas tertinggi welder plate adalah ketika seorang welder mampu melakukan pekerjaan dengan posisi pengelasan 1G, 2G, 3G dan 4G dan seorang welder mampu melakukan pekerjaannya.
  • Welder pipe.
    Adalah juru las yang memiliki kemampuan khususnya pada pekerjaan sambungan pipa. Pengelasan pipa memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding pengelasan pelat. Posisi pengelasan dan ukuran diameter pipa yang disambung adalah penggolongan welder pipa. Kelas tertinggi welder pipe adalah posisi pengelasan 1G, 2G, 5G dan 6G dan ketika seorang welder mampu mengerjakannya.

sumber : detech

15 Juni 2023.
Midiatama
Mengenal Welder Dengan Kualifikasi Khusus
Safety K3
Mengenal Welder Dengan Kualifikasi Khusus

Welder atau juru las adalah pelaksana proses pengelasan untuk menyambung dua logam, alumunium atau material lainnya yang dapat dilakukan penyambungan dengan metode panas. Profesi juru las sering kali disepelekan oleh masyarakat umum, pahadal apabila ahli dalam bidang pengelasan gajinya bisa sangat tinggi. Karenanya welder yang sudah dapat dikatakan mahir akan mempunyai sertifikat hingga bisa menyebut welder tersebut adalah kompeten dalam mengelas. Terkadang di industri juga dapat melaksanakan sertifikasi sendiri guna memberi kompetensi kepada karyawannya.

Gaji Welder

Gaji seorang welder atau juru las sangat bervariasi mulai dari 4 hingga 10 juta per bulan, gaji dapat berubah jika kita sering lembur atau overtime. Bahkan di luar negeri gaji welder dapat mencapai 20 juta perbulan, ada juga welder di perusahaan pengeboran minyak yang digaji perjamnya 200$. Hal tersebut tergantung pada kemampuan dan jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh Welder tersebut.

Gaji Welder Dengan Kualifikasi Khusus

Underwater adalah Salah satu kualifikasi khusus welder atau dikenal dengan pengelasan bawah air. Underwater welding adalah proses pengeasan yang dilakukan di bawah air, umumnya laut. Welder ini merupakan tenaga spesialis khusus pengelasan basah yang banyak digunakan dalam maintenance dan perbaikan struktur kapal, konstruksi pipa air, konstruksi pipa minyak dan gas, konstruksi jembatan di atas air maupun konstruksi rig atau pengeboran lepas pantai.

Selama ini pekerjaan pengelasan bawah air ini masih banyak ditangani oleh tenaga kerja asing. Dikarenakan untuk ini belum banyak SDM profesional dari Indonesia untuk pengelasan bawah air. Padahal pekerjaan di bidang ini sangat banyak, karena Indonesia merupakan negara dengan wilayah sebagian besar terdiri dari perairan dan laut.

Perlu diketahui bahwa welder jenis Underwater memiliki potensi penghasilan yang sangat luar tinggi. Gaji yang diterima terhitung berdasarkan durasi jam yakni ketika 1 jam mereka dibayar 200US$ (Kisaran Rp 2.200.000,-). Jika dalam sehari bekerja dalam 8 jam itu artinya mendapatkan penghasilan Rp 16.000.000,- perhari. Dan apabila dikalikan 22 hari kerja saja dalam satu bulan maka seorang “welder” dapat menghasilkan Rp 352.000.000,- perbulan!

Gaji welder atau juru las untuk skala nasional sangat berbeda beda tergantung keahliannya. Penghasilan total mulai dari 3,5 juta sampai 10 juta dapat berubah tergantung jumlah lembur atau overtime. Rata-rata gaji Welder di Indonesia kurang lebih Rp 5.250.000,- (berdasarkan info dari https://id.indeed.com) Info gaji berasal dari 19 poin data yang dikumpulkan langsung dari karyawan, pengguna, dan lowongan di Indeed dalam kurun 24 bulan terakhir.

Gaji minimum berbeda beda untuk tiap wilayah yurisdiksi dan harus berkonsultansi langsung dengan perusahaan tersebut agar mengetahui jumlah gaji sebenarnya. Sedangkan di luar negeri penghasilan seorang welder dapat mencapai 20-30 juta per-bulan. Seorang welder senior dari Indonesia yang sudah berpengalaman di luar negeri, oleh Supriyadi, gaji welder yang diterimanya adalah sebesar 2.200 dollar AS, belum termasuk lembur.

Pekerjaan mengelas berfungsi di berbagai infrastruktur industri, dari turbin listrik hingga kilang minyak dan pipa tambang. Inilah yang membedakan welder dengan buruh migran lainnya, dengan keahliannya mengelas yang sulit, para welder punya harga jual luar biasa.

sumber: detech

12 Juni 2023.
Midiatama
Mengenal Jenis-Jenis Safety Induction
Safety K3
Mengenal Jenis-Jenis Safety Induction

Safety Induction adalah langkah pertama untuk melibatkan kontraktor, karyawan, dan pengunjung tentang bekerja dengan aman di lokasi kerja. Biasanya Safety Induction terdiri dari serangkaian langkah-langkah berupa pelatihan keselamatan, kunjungan lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja, pengumpulan lisensi dan sertifikasi penting sebagai bukti pelatihan dan telah diuji sesuai standar kompetensi mereka.

Kenapa Safety Induction sangat penting? Karena dapat menjadi alasan utama untuk membantu mencegah terjadinya cedera atau kecelakaan di tempat kerja. Langkah ini dapat meningkatkan kesadaran akan masalah dan prosedur keselamatan untuk semua jenis pekerja (dari karyawan biasa, kontraktor, atau bahkan pengunjung). Safety Induction yang efektif juga dapat memastikan tidak hanya kesadaran keselamatan yang memengaruhi orang yang menyelesaikan tugas atau peran pekerjaannya saja, tetapi juga memastikan keselamatan rekan kerja mereka juga. 

Safety induction ini hanya diberikan untuk pekerja baru saja. Namun, tidak begitu adanya, pernyataan tersebut tidak lah salah namun kurang tepat. Kurang tepatnya dimana? Untuk memahami hal tersebut kita bahas jenis Safety Induction.

1. Induksi Umum

Penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang bersifat umum, yang diberikan kepada karyawan baru atau karyawan yang kembali setelah 6 bulan atau lebih meninggalkan kegiatan atau setelah pulang dari masa cuti. Loh, kok pekerja selepas masa cuti juga diberikan induksi? Jawabannya untuk merefresh kembali ingatan pekerja tentang K3 dan memberitahu jika ada perubahan dari lingkungan kerja (Perubahan akses kendaraan, muster poin dan sebagainya yang dapat menjadi bahaya bagi pekerja).

2. Induksi Lokal/Local Safety Induction

Penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang bersifat khusus/spesifik yang diberikan kepada karyawan baru yang telah mengikuti lnduksi Umum dan karyawan mutasi/pindahan dalam perusahaan yang sama. Induksi ini dilakukan secara spesifik (sesuai departemen yang akan dimasuki oleh pekerja baru) dalam artian departemen terkait yang melakukan induksi kepada calon pekerja/anggotanya.

3. Induksi Tamu

Penjelasan dan pengarahan tentang K3 secara singkat yang diberikan khusus untuk tamu atau pengunjung yang akan memasuki area operasional perusahaan. Induksi ini jelas berbeda dengan induksi yang diberikan oleh pekerja, poin yang disampaikan minmal tentang gambaran umum perusahaan, kebijakan perusahaan tentang K3, kewajiban tamu selama berada di lingkungan pekerjaan, tempat berkumpul bila ada kebakaran dan fasilitas lainnya.

4. Induksi Ulang

Pengarahan dan penjelasan tentang K3 yang diberikan kepada karyawan yang melakukan penyimpangan prosedur dan atau kurang paham terhadap aspek K3 selama melaksanakan tugasnya.

Sehingga sangat jelas, yang diberikan Safety induction tidak hanya pekerja baru saja tetapi juga tamu/pengunjung, pekerja yang akan masuk didepartemen terkait, pekerja selepas masa cutinya dan pekerja yang melanggar aturan K3 atau pekerja yang dinilai belum cukup pengetahunnya terhadap prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di suatu perusahaan. Jenis safety induction perlu kita pahami untuk mengetahui safety induction yang tepat.

07 Juni 2023.
Midiatama
4 Jenis Sarung Tangan Safety Berdasarkan OSHA
Safety K3
4 Jenis Sarung Tangan Safety Berdasarkan OSHA
Sarung tangan kerja atau sering juga disebut sarung tangan pelindung/safety gloves merupakan salah satu Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi seluruh bagian tangan hingga ke jari-jari selama melakukan pekerjaan tertentu.
 
1. Sarung tangan kulit, kanvas, atau jaring-jaring besi
Sarung tangan kuat dari jaring-jaring besi, kulit atau kanvas menyediakan perlindungan untuk melawan goresan atau luka bakar. Kulit atau kanvas juga melindungi dari panas yang terus menerus.
 
2. Sarung tangan kain atau kain yang dilapisi (coated gloves)
Sarung tangan safety kain atau sarung tangan safety yang memiliki lapisan khusus (fabric and coated fabric gloves) dibuat dari bahan katun atau kain lain untuk menyediakan berbagai macam tingkatan perlindungan.
 
3. Sarung tangan tahan kimia dan cairan
Sarung tangan tahan kimia dibuat dari berbagai macam jenis karet: natural, butyl, neoprene, nitrile dan fluorocarbon (vitor); atau dibuat dengan berbagai macam plastik: polyvinyl chloride (PVC), polyvinyl alcohol, dan polyethylene. Material-material ini dapat dicampur atau delaminating untuk mendapatkan performa yang lebih baik.
 
Sebagai peraturan umum untuk sarung tangan safety ini: semakin tebal material sarung tangan safety maka semakin bagus perlindungan dari zat kimia. Namun, sarung tangan yang tebal dapat mengganggu aktivitas dan kesulitan dalam memegang benda.
 
4. Sarung tangan keselamatan anti listrik
Sarung tangan safety anti listrik biasanya terbuat dari karet yang merupakan bahan isolator listrik. Sarung tangan jenis ini harus lulus serangkaian uji yang ada dalam standar American Society for Testing and Materials (ASTM) D120-09, standard specification for Rubber insulating gloves. Pengujian sarung tangan ini meliputi uji hantar listrik dalam kondisi sarung tangan safety listrik karet ini terendam air.
 
Sarung tangan safety anti listrik harus diperiksa setiap hari sebelum dipakai untuk memastikan keefektifan sarung tangan tersebut. Pekerja yang menggunakan sarung tangan ini harus memastikan bahwa sarung tangan ini tidak dipakai untuk memegang benda-benda yang tajam karena sarung tangan karet sangat rentan terhadap sisi tajam.
 
Sarung tangan safety anti listrik harus disesuaikan dengan besarnya voltase yang ada pada jaringan listrik yang akan diintervensi.
 
sumber : pakki
29 Mei 2023.
Midiatama
1
...
19
20
21
18
19
20
21
22
...
52

Artikel Populer

10 Perbedaan Sertifikasi Ahli K3 Umum BNSP dan Kemnaker RI

05 September 2024.
410 Views
10 Perbedaan Sertifikasi Ahli K3 Umum BNSP dan Kemnaker RI

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

27 September 2024.
388 Views
Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

24 Agustus 2023.
365 Views
Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

11 Mei 2023.
338 Views
Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik

19 Agustus 2024.
325 Views
Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

23 September 2024.
321 Views
6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

26 Agustus 2024.
313 Views
Mengapa perlu melakukan penilaian risiko kebakaran?

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline

19 September 2024.
299 Views
Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline
Kontak Kami
Fast Respon (Sales)

0899-3386423 (Beni)

0815-32615243 (Risma)

0878-88880799 (Soka)

0815-32705432 (Amanda)

Telephone (Office)

021-2126380 (24 Jam)

021-22545432 (Jam Kerja)

021-58906930 (Jam kerja)

Email

[email protected]

[email protected]

Office

Gedung Wisma Presisi, Lantai 1 No 4, Jalan Taman Aries RT.05/RW2, Meruya Utara Kembangan Jakarta Barat 11620

Business Partner

Lihat partner lainnya

HSE
Garuda
LSPK3 Indonesia
ALPK3 Indonesia
Bantuan

Hubungi Kami

Syarat

Syarat dan Ketentuan

FAQ

Sosial Media

Facebook

Instagram

Youtube

Aplikasi Miccapro
Aplikasi Miccapro di App StoreAplikasi Miccapro di Google Play
HUBUNGI KAMI
Fast Respon (Sales)

0899-3386423 (Beni)

0815-32615243 (Risma)

0878-88880799 (Soka)

0815-32705432 (Amanda)

Telephone (Office)

021-2126380 (24 Jam)

021-22545432 (Jam Kerja)

021-58906930 (Jam kerja)

ALAMAT KAMI

PT. Mitra Dinamis Yang Utama (PJK3 Midiatama Academy) Gedung Wisma Presisi, Lantai 1 No. 4, Jalan Taman Aries RT.5/RW.2 Meruya Utara Kembangan Jakarta Barat 11620

Email

[email protected]

[email protected]

Jam Kerja

08.00 WIB - 17.00 WIB

BANTUAN

Hubungi Kami

Syarat

Syarat dan Ketentuan

FAQ

Business Partner
HSE
Garuda
LSPK3 Indonesia
ALPK3 Indonesia

Lihat lebih banyak

SOCIAL MEDIA

Facebook

Instagram

Youtube

Aplikasi Miccapro
Aplikasi Miccapro di App StoreAplikasi Miccapro di Google Play
© Copyright 2020 - 2025 PT Mitra Dinamis Yang Utama
Powered By Midiatama